Minggu, 29 November 2009

Zuhud

ANTARA DUNIA DAN AKHERAT
Abu Abdillah Al Astary
Manusia tidak bisa lepas dari kehidupan dan kebutuhan dunianya. Oleh karenanya, Islam tetap memberikan hak manusia untuk mengambil bagian kenikmatan dunia. Alloh berfirman:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (QS.al-Qoshos: 77).
Sebagian salaf mengatakan: Engkau butuh terhadap dunia, akan tetapi mengambil bagianmu untuk akherat adalah lebih dibutuhkan. Apabila engkau mengawali bagianmu untuk akherat, maka akan berjalan pula bagianmu dari dunia dan akan tersusun dengan susunan yang bagus". (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam al-Zuhd hal.228).
Dalam masalah dunia manusia terbagi menjadi dua golongan:
Pertama: Golongan yang mengingkari keberadaan kampung akherat sebagai negeri balasan setelah dunia. Mereka telah diisyaratkan oleh Alloh dalam firmanNya:

Sesungguhnya orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan di dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS.Yunus: 7-8).
Keinginan dan tujuan hidup mereka hanyalah bersenang-senang di dunia, mereka hendak meraih kebahagian dan kesenangan dunia sepuasnya sebelum mati. Alloh berfirman:

Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka. (QS. QS.Muhammad:12)
Kedua: Golongan yang menetapkan adanya kampung akherat sebagai negeri balasan dan pahala setelah dunia. Mereka adalah yang menyatakan keimanan kepada para rasul. Kelompok ini ada tiga macam;
1.Orang yang zholim terhadap dirinya; mereka adalah yang paling banyak. Mereka terlena dengan manisnya dunia, mengambil bagian dunia dengan banyak dan tidak menjalankan semestinya, jadilah dunia itu keinginannya yang paling besar, senang dan benci didasari dunia. Mereka selalu berfoya-foya dan memperkaya diri, tidak mengetahui maksud yang hakiki dari kehidupan dunia ini, walaupun mereka ada yang beriman, tapi keimanan mereka hanya bersifat global. Golongan inilah yang disinyalir oleh Alloh dalam firmannya:

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Huud:16).
Rasulullah bersabda:
Barangsiapa yang menjadikan tujuannya adalah akherat, maka Alloh tanamkan kekayaan dalam hatinya, Alloh akan mengumpulkan perkaranya dan dunianya akan datang kepadanya dengan mudah. Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya yang paling besar, maka Alloh akan berikan kemiskinan di depan pelupuk matanya, Alloh akan pecah belah perkaranya, dan dunianya tidak akan datang kecuali apa yang telah ditentukan. (HR.Tirmidzi 2465, Dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Shahihah 949, shahih al-Jami 6510).
Imam Qotadah berkata: Barangsiapa yang menjadikan dunianya sebagai tujuan, keinginan dan niatnya, maka Alloh akan membalas kebaikannya di dunia kemudian habis dan tidaklah dia di akherat memiliki kebaikan yang bisa dibalas. Adapun seorang mukmin, dia akan dibalas dengan kebaikannya di dunia dan diberi pahala di akherat. (Tafsir Ibnu Katsir 4/311 Tahqiq Sami bin Muhammad as-Salamah)
2.Orang yang pertengahan. Mereka adalah yang mengambil dunia dari sisi yang dibolehkan, bersenang-senang dengan kenikmatan dunia. Mereka tetap mengerjakan yang wajib.
Sesungguhnya harta yang jelek adalah yang tidak dikeluarkan hak-haknya, yang lebih jelek lagi adalah yang harta yang diambil dari yang haram, dan diinfakkan dalam perkara yang haram. Mengembangkan harta adalah sumber tegaknya kehidupan, hendaklah seseorang memperbaiki hartanya, tidaklah seseorang terangkat derajatnya kecuali karena memperbaiki hartanya bak dia shalih atau thalih. (Raudhatul Uqolaa hal.228).

3.orang yang berlomba dalam kebaikan. mereka adalah orang yang memhami maksud yang hakiki dari kehidupan dunia ini, mereka beramal dengans egala tuntutannya, mereka menyadari bahwa tinggal di dunia ini untuk sebuah ujian yang besar. Dinatara mereka ada yang mengambil dunia ini sebatas untuk bisa hidup saja, sebagian yang lain ada yang memperbanyak urusan dunia yang boleh untuk menguatkan diri dan penyemangat dalam beramal.

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (QS. 17:19)
Abdan berkata: aku menemui Abdullah bin Mubarak dan dia sedang menangis. Aku bertanya: ada apa denganmu wahai aba abdirrahman? Dia menjawab: barang daganganku hilang semua. Aku bertanya kembali: apakah kamu menangis karena harta? Dia menjawab: barang-barang itu adalah sumber penghidupan untuk menegakkan agamaku!. (Raudhatul Uqolaa hal.225).
Imam Ibnul Qoyyim mengatakan: "Apabila seorang hamba di pagi dan sore hari tidaklah keinginannya kecuali pada alloh maka alloh akan mengemban segala kebutuhannya dan akan menanggung segala apa yang ia ingnkan, alloh akan membersihkan hatinya karena kecintaannya, meluruskan lisannya karena dzikirnya, dan anggota badanya karena ketaatannya. Akan tetapi apabila di pagi dan sore hari dunia menjadi keinginannya maka alloh akan mengembankan kesedihan, kesulitan dan keinginnanya pada dirinya sendiri. Hatinya akn sibuk dari kecintaan alloh dengan mencintai makhluk, lisannya lupa ingan kepada alloh akrena ingat selain alloh, anggota badannya akan taat dan sibuk untuk mengabdi keada orang lain. maka barangsiapa yang berpaling dari iabadah kepada alloh, dari ketaatan dan kecintaannya, maka dia akan diuji dengan ubudiyyah makhluk, kecintaan dan pengabdian kepadanya, Alloh berfirman

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. az-Zukhruf: 36) (lihat al-Fawaid hal.126)
Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata: Alloh mewahyukan kepada dunia: barangsiapa yang mengabdi kepadamu maka lelahkankanlah dia, dan barangsiapa yang mengabdi kepadaku maka bantulah dia".(az-Zuhd al-Kabir no.12 oleh al-Baihaqi).
Ibnu Hibban mengatakan, bolehnya mengumpulkan harta dalam perkara yang bukan haram bagi pemiliknya, kemudian hendaklah yang mengumpulkan harta menunaikan hak-hak alloh di dalamnya, kemudian beliau melanjutkan: "Yang wajib bagi orang yang berakal untuk bekerja pada masa mudanya untuk memenuhi kebutuhannya seperti kebutuhan yang tidak bisa lepas, atau yang bisa menegakkan agamanya, maka hendaklah perhatiannya terhadap harta dalam perkara yang bisa memperbaiki kehidupan, menjaga dirinya, agamanya sebagai persiapan kampung akherat. (Raudhautul Uqolaa hal.224).
Wahai Ibnu Adam juallah bagianmu dari dunia dengan akherat maka engkau akan beruntung dunia akherat dan janganlah engkau jual akherat dengan dunia maka engkau merugi pada keduanya". (al-Wabilus Shaib hal.30).

0 komentar: