Minggu, 29 November 2009

Merajut Tali Persaudaraan

Oleh: Abu Abdillah Al-Atsari

Fenomena putusnya hubungan kekeluargaan merupakan kenyataan yang sudah menyeruak di masyarakat kaum muslimin. Fakta di lapangan telah membuktikan akan hal itu, tidak sedikit dari kaum muslimin mereka tidak kenal kepada keluarganya sendiri, bahkan orang tuanyapun tidak diakui hanya karena dia miskin. Di pihak lain ada orang yang menyambung hubungan kekeluargaan jika ada maunya, mengejar keuntungan dunia, jika telah mendapatkan maka hubungan kembali runyam dan terputus. Ada pula orang yang bergelut dalam ilmu dia lebih senang menyampaikan ilmunya kepada orang-orang yang jauh yang tidak ada hubungan rahim akan tetapi terhadap keluarganya sendiri lupa dan lalai tidak memperhatikan hak-hak mereka. Namun tidak dipungkiri pula, dibalik fenomena diatas dan dikala banyaknya orang yang menuruti hawa nafsu serta sedikitnya nasehat serta bimbingan agama, masih ada orang yang tetap tegar mempertahankan norma-norma agama mulia ini. Salah satunya adalah dalam masalah menyambung tali silaturrahim. Ulasan berikut sebagai penghibur dan kabar gembira bagi orang yang tetap konsisten menyambung tali silaturrahim dan peringatan serta nasehat bagi orang yang meremehkan dan memutus tali silaturrahim. Allohu Muwaffiq.
DEFINISI SILATURRAHIM
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Kalimat Rahim dengan menfathah huruf Raa dan mengkasrah huruf Ha, secara umum untuk saudara dekat. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai hubungan nasab, baik mewarisi maupun tidak, mahram maupun bukan mahram”. (Fathul bari 10/508).
Sedangkan secara istilah syar’i para ulama mendefinisikannya dengan ungkapan beragam yang hampir sama, berikut sebagian perkataan mereka;
Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Silaturrahim adalah berbuat baik kepada kerabat dekat, di dalam berkata, berbuat dan memberikan harta. Sungguh telah datang hadits-hadits yang shahih dan hasan dari Rasulullah dari jalan yang sangat banyak”. (Tafsir Ibnu katsir 4/161).
Imam Ibnul Atsir berkata, “Silaturrahim adalah ungkapan berbuat baik kepada kerabat dekat dari orang-orang yang masih mempunyai hubungan nasab dan pernikahan. Mencintai, berlaku lembut dan memperhatikan keadaan mereka sekalipun mereka itu jauh dan berbuat jahat. Sedangkan memutus tali persaudaraan adalah lawan dari hal itu”. (An-Nihayah 5/191).
Imam Al-Qurthubi mengatakan, “Kesimpulannya, persaudaraan itu ada dua macam; secara umum dan secara khusus. Secara umum yaitu persaudaraan agama, wajib tetap dijaga dengan mencintai, membantu, menasehati, tidak menyakiti, berbuat adil, memenuhi hak-hak mereka seperti menjenguk yang sakit, memandikan, menyolati dan menguburkan apabila meninggal dan lain sebagainya. Sedangkan persaudaraan yang khusus adalah hubungan kekeluargaan kerabat dekat dari jalur bapak maupun ibu, maka wajib memberikan hak khusus kepada mereka seperti nafkah, memperhatikan keadaannya dan memenuhi hak-hak mereka. Apabila berbenturan antara hak-hak diatas maka hak kerabat yang dekat dan yang terdekat itulah yang didahulukan”. (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 16/164, lihat pula Subulus Salam 4/314).
Dari definisi diatas jelaslah kesalahan orang yang mengungkapkan bahwa silaturrahim adalah menjalin hubungan kepada kaum muslimin secara umum.
HUKUM SILATURRAHIM
Wajib bagi setiap insan yang beriman untuk menjalin silaturrahim kepada orang-orang yang masih mempunyai ikatan rahim kepadanya. Terlebih lagi kepada kedua orang tuanya sendiri. Hal ini sangat diperintahkan oleh Alloh di dalam kitabnya yang mulia, dan di dukung oleh hadits-hadits yang sangat banyak dari Rasulullah. Berikut dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya menyambung tali silaturrahim;
Alloh berfirman:
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Dan bertakwalah kepada Alloh dengan menggunakan namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasimu. (QS.An-Nisa : 1).
Sahabat mulia Ibnu Abbas mengatakan, “Yaitu waspadalah kalian dari memutus tali silaturrahim bahkan sebaliknya berbuat baik dan sambunglah hubungan kepada mereka. (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim 1/396).
Firman Alloh yang lain:
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَآأَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
Dan orang-orang yang menghubungkan dengan apa-apa yang Alloh perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada RabbNya dan takut kepada hisab yang buruk. (Ar Ra’d: 21).
Imam Asy-Syaukani berkata, “Zhohir ayat ini mencakup seluruh yang Alloh perintahkan untuk menyambungnya, dan larangan dari memutusnya, berupa hak-hak Alloh maupun hak hamba. Termasuk dalam masalah ini, perintah menyambung tali silaturrahim merupakan prioritas yang utama, banyak para ulama yang menafsirkan ayat ini dengan silaturrahim. (Fathul Qadir 3/78, lihat pula Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 9/203).
Demikian pula Rasulullah pernah bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim”. (HR.Bukhari 6138).
Berkata Imam Qadhi Iyadh, “Tidak ada perselisihan bahwa silaturrahim adalah wajib secara mutlak. Memutus tali silaturrahim adalah musibah besar”. (Umdatul Qari’ 22/90).
Maka bersegeralah wahai hamba yang bertakwa-semoga Alloh memberi taufiq kepadamu- untuk berlomba-lomba dalam kebajikan berupa menyambung silaturrahim kepada orang-orang yang masih ada ikatan rahim dengan kita, janganlah kita menjadi orang-orang yang menyesal di kemudian hari dengan mendapat laknat dan kehinaan dari Alloh sebagaimana tergambar dalam firmanNya:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Alloh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS.Muhammad: 22-23).
KEUTAMAAN SILATURRAHIM
1.Melaksanakan perintah Alloh
Tidak ragu lagi orang yang menyambung tali silaturrahim telah merealisasikan firman Alloh yang berbunyi:
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَآأَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
Dan orang-orang yang menghubungkan dengan apa-apa yang Alloh perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada rabbNya dan takut kepada hisab yang buruk.(Ar Ra’d: 21).
2. Bukti keimanan kepada Alloh
Menyambung tali silaturrahim sesama kerabat merupakan bukti keimanannya kepada Alloh, hal ini sebagaimana diinformasikan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ اْلنَّبِيِّ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim”. (HR.Bukhari 6138).
3. Diluaskan rizki
Orang yang menyambung tali silaturrahim Alloh akan luaskan rizkinya serta Alloh jadikan kehidupannya bertambah berkah, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ, أَوْ يُنْسَأَ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang senang untuk diluaskan rizkinya dan ditunda ajalnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim”. (HR.Bukhari 5986, Muslim 2557).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan, “Hadits ini berisi anjuran untuk menyambung tali silaturrahim, serta penegasan bahwa hal itu dapat mendatangkan ridho Alloh. Silaturrahim merupakan sebab untuk meraih pahala yang segera berupa perkara-perkara yang disenangi oleh seorang hamba. Demikian pula silaturrahim adalah sebab diluaskan rizki dan ditambahkannya umur seseorang. Perkara ini berjalan sesuai hakekatnya. Alloh adalah pencipta sebab dan akibat, oleh karena itu Dia pula yang akan memberikan jalan dan sebabnya terhadap segala yang dituntut. (Taudhihul Ahkam 6/243).
4. Terjalin hubungan dengan Alloh.
Ini merupakan keutamaan silaturrahim yang lain, bahwa Alloh akan menyambung hubungan kepada orang-orang yang menyambung tali silaturrahim, berdasarkan hadits:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: إِنَّ اللهَ خَلَقَ اْلخَلْقَ حَتىَّ إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ اْلعَائِذِ مِنَ اْلقَطِيْعَةِ قَالَ: نَعَمْ, أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَ أَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلىَ قَالَ: فَذَاكِ لَكِ
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Alloh adalah yang menciptakan para makhluknya, tatkala selesai menciptakan mereka, bangkitlah rahim seraya berkata, “Ini adalah tempat orang yang selalu berlindung dari memutus tali silaturrahim”. Kemudian Alloh berkata kepada rahim, “Benar! tidakkah engkau senang jika aku menyambung orang yang menyambungmu dan aku memutus orang yang memutusmu? Rahim menjawab, “Tentu wahai Alloh”, maka Alloh mengatakan, “ Itulah untukmu”. (HR.Bukhari 5987, Muslim 2554).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan, “Didalam hadits ini Alloh memberikan jaminan kepada rahim untuk menyambung orang-orang yang menyambung silaturrahim dan memutus orang-orang yang memutusnya. Hal ini memberikan anjuran agar senantiasa menyambung tali silaturahim. Apabila engkau ingin disambung oleh Alloh-dan setiap manusia ingin disambung oleh Rabbnya- maka sambunglah hubungan kepada sanak keluargamu, sebaliknya apabila engkau ingin terputus hubungan dengan Alloh, maka putuskan hubungan keluargamu sebagai balasan yang setimpal. Maka acapkali manusia menyambung hubungan kepada keluarganya, Alloh akan menyambungnya pula. Demikian pula sebaliknya apabila ia meremehkan maka balasan itu datang sesuai dengan apa yang ia perbuat, dan Alloh tidak menzhalimi seorangpun. (Syarh Riyadhuss Shalihin 2/239-cet.Dar Aqidah).
5. Sebab masuk surga
Silaturrahim termasuk amalan yang dapat menghantarkan pelakunya ke dalam surga. Berdasarkan hadits:
عَنْ أَبِيْ أَيُّوْبَ الأَنْصَارِي قَالَ: جَاءَ رَجَلٌ إِلَى اْلنَّبِيِّ فَقَالَ: دُلَّنِيْ عَلىَ عَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْنِيْنِيْ مِنَ الْجَنَّةِ وَ يُبَاعِدُنِيْ مِنَ اْلنَّارِ. قَالَ: تَعْبُدُ اللهَ وَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا, وَ تُقِيْمُ اْلصَّلاَةَ, وَ تُؤْتِي الزَّكَاةَ, وَ تَصِلُ ذَا رَحِمَكَ
Dari Abu Ayyub Al-Anshari bahwasanya ada seseorang yang datang kepada Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang bisa mendekatkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka! Rasulullah menjawab, “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, menegakkan shalat, membayar zakat dan menyambung tali silaturrahim. (HR.Bukhari 1396. Muslim 13).
6. Mendapat Pertolongan dari Alloh
Alloh akan menolong orang-orang yang menyambung tali silaturrahim sekalipun orang yang yang dihubungi memusuhi dan membenci. Hal ini sebagaimana pernah digambarkan dalam sebuah hadits;
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لِيْ قَرَابَةً, أَصِلُهُمْ وَ يَقْطَعُوْنِيْ وَ أُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَ يُسِيْئُوْنَ إِلَيَّ, وَ أَحْلُمُ عَنْهُمْ وَ يَجْهَلُوْنَ عَلَيَّ, فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ, فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ, وَ لاَ يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلىَ ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah bahwasanya ada seseorang yang mengadu kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah saya punya kerabat, saya tetap menyambung mereka akan tetapi mereka malah memutusnya, saya berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka balas berbuat jahat, saya berlaku lembut, malah mereka berlaku kasar, bagaimanakah ini wahai Rasulullah? “Jika yang engkau katakan benar, ibaratnya engkau menyuapi mereka dengan arang panas dimulutnya, maka senantiasa Alloh akan menolongmu selama engkau tetap seperti itu. (HR.Muslim 2558).
7. Amalan yang paling dicintai
Berdasarkan hadits:
عَنْ رَجُلٍ مِنْ خَثْعَمَ قَالَ: أَتَيْتُ اْلنَّبِيَّ وَ هُوَ فِيْ نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقُلْتُ: أَنْتَ الَّذِيْ تَزْعُمُ أَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ اْلأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلىَ اللهِ؟ قَالَ: اْلإِيْمَانُ بِاللهِ. قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ صِلَةُ الرَّحِمِ
Ada seseorang dari khots’am datang menemui Rasulullah sedangkan saat itu beliau sedang berkumpul dengan para sahabatnya, orang tadi berkata: “Apakah engkau ini orang yang mengaku nabi?” Rasul menjawab, “Ya”, kemudian aku bertanya kembali, “Wahai Rasulullah amalan apakah yang paling dicintai oleh Alloh?”, beliau menjawab, “Iman kepadaNya”. Aku bertanya kembali, “Kemudian apalagi? Rasulullah menjawab, “Menyambung tali silaturrahim”. (Shahih. Lihat Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib 2/667 oleh Al-Albani).
8. Mendatangkan kecintaan
Orang yang menyambung tali silaturrahim akan disenangi oleh keluarga dan kerabatnya, oleh karena itu Rasulullah sangat menganjurkan perkara ini, sebagaimana sabdanya:
تَعَلَّمُوْا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُوْنَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ اْلرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِيْ اْلأَهْلِ, مَثْرَاةٌ فِيْ اْلمَالِ, وَ مَنْسَأَةٌ فِيْ اْلأَثَرِ
“Pelajarilah oleh kalian apa saja yang dapat menyambung tali kekeluargaan kalian, sesungguhnya silaturrahim mendatangkan kecintaan keluarga, membawa berkah harta dan memanjangkan umur”. (HR.Tirmidzi 1979, Ahmad 2/374, Hakim 4/161 , dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib 2/666, lihat pula As-Shahihah 276).
HARAMNYA MEMUTUS SILATURRAHIM
Memutus tali silaturrahim adalah haram termasuk dosa besar, dalil-dalil dalam masalah ini sangat banyak, cukuplah sebagai peringatan keras terhadap orang yang memutus silaturrahim firman Alloh yang berbunyi:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Alloh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS.Muhammad: 22-23).
Dalam ayat ini Alloh menjelaskan bahwasanya orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan orang yang memutus tali silaturrahim, mereka semuanya terlaknat-kita berlindung kepada Alloh dari yang demikian- yaitu dijauhkan dari rahmat Alloh. Alloh membuat mereka tuli yaitu tidak mendengar kebenaran, sekalipun mereka mendengarnya tidak bermanfaat sama sekali, mereka dibutakan dari kebenaran, andaikan mereka melihatnya tidak berfaedah sedikitpun, telah tertutup segala pintu kebaikan bagi mereka. Karena pendengaran dan penglihatan dapat menyampaikan perkara ke dalam hati, apabila jalan itu telah tertutup, maka tidak akan sampai ke dalam hati kebaikan sedikitpun. Kita berlindung kepada Alloh dari yang demikian. (Syarh Riyadhuss Shalihin 2/239).
Demikian pula Rasulullah mengancam dengan ancaman yang tegas bagi orang yang memutus tali silaturrahim bahwa ia tidak akan masuk surgaNya. Rasulullah bersabda:
لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ قَاطِعٌ

Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahim.(HR.Bukhari 5984, Muslim 2556).
Oleh karena wahai para hamba yang beriman janganlah kita meremehkan perkara ini, berbuat baiklah kepada orang-orang yang mempunyai hubungan rahim denganmu, jangan merasa aman dari dosa memutus silaturrahim, karena tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya di dunia dibandingkan dengan dosa memutus tali silaturrahim, sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadits;
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ اْلعُقُوْبَةَ فِيْ اْلدُّنْيَا -مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِيْ اْلأَخِرَةِ- مِنَ اْلبَغْيِ وَ قَطِيْعَةِ اْلرَّحِمِ
Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya oleh Alloh di dunia-dengan tetap disimpan di akherat- dibandingkan perbuatan aniaya dan memutus tali silaturrahim. (HR.Abu Dawud 4902, Tirmidzi 2511, Ibnu Majah 4211, Ahmad 5/36, Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad 23, Ibnu Hibban 2039, Hakim 2/356 dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 918).
Bahkan lebih dari itu orang yang memutus tali silaturrahim terancam amalannya tidak diterima oleh Alloh, perhatikanlah hadits berikut ini;
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: إِنَّ أَعْمَالَ بَنِيْ آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ, فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amalan bani adam ditampakkan setiap hari kamis malam jum’at, maka tidaklah diterima amalan orang yang memutus tali silaturrahim”. (HR.Ahmad 2/484 dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib 2/674).
KIAT MERAJUT TALI SILATURRAHIM
Ada beberapa kiat yang dapat di tempuh untuk merajut dan menyambung tali silaturrahim, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memohon pertolongan kepada Alloh
Mohon dan mintalah taufiq kepada Alloh agar dimudahkan untuk menyambung tali silaturrahim kepada kerabat dan keluarga kita, menyambung orang-orang yang memutus silaturrahim, karena Dialah yang maha mampu mengabulkan do’a para hambanya. Alloh berfirman:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.(QS.Al-Faatihah: 5).
2. Mawas diri dari memutus silaturrahim
Hendaklah seseorang merenungi dan memikirkan dampak buruk dari memutus silaturrahim, ingatlah ayat-ayat Alloh dan hadits-hadits nabi yang melarang dengan tegas serta ancaman yang keras bagi orang yang memutus tali silaturrahim. Maka dengan demikian jalinan hubungan kekeluargaan akan tetap terjaga dan harmonis sebagaimana diidamkan.
3. Membalas kejelekan dengan kebaikan
Apabila ada sanak kerabat yang berbuat jahat kepada kita maka balaslah dengan perbuatan yang baik, karena hal itu lebih membekas dan mengena di hati orang yang berbuat jahat. Lihatlah kembali hadits orang yang mengadu kepada Rasulullah tentang keluarganya yang berbuat jahat. (HR.Muslim 2558).
4. Berlapang dada menerima kesalahan
Tidak ada orang yang selamat dari kesalahan, maka jika saudara rahim kita bersalah, berlapang dadalah menerima kesalahan dia. Maafkan dan tetaplah berhubungan dengan baik. Alloh berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (QS.Al-A’raf:199).
5. Melupakan segala kesalahan
Perkara ini perlu di perhatikan pula, apabila saudara kita bersalah, lupakan dan jangan diungkit-ungkit kembali di masa yang akan datang, agar perselisihan dan percekcokan yang terjadi segera reda dan membaik kembali.
Imam Ibnu hibban mengatakan, “Barangsiapa yang tidak mempergauli manusia dengan sikap lapang dada dan melupakan kesalahan terhadap perkara yang dibenci yang mereka lakukan, maka hidupnya akan runyam dan membawa permusuhan serta kebencian, jauh dari keharmonisan dan ketentraman”. (Raudhatul ‘Uqala Hal.72, lihat Qathi’aturr Rahim hal.36)
6. Memberikan hadiah
Memberi hadiah sesama kerabat dan keluarga dapat mendatangkan kecintaan dan kesenangan dalam diri orang yang diberi hadiah. Rasulullah mengatakan
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
Berilah hadiah diantara kalian niscaya kalian akan saling mencintai. (HR.Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad 594 dll. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa 1601).
7. Menjalin hubungan karena Alloh
Yang terakhir usahakan kita ikhlas dan mencari wajah Alloh dalam menjalin tali silaturrahim, jangan ada rasa tendensi tertentu ketika menjalin hubungan sesama kerabat, agar usaha menyambung tali silaturrahim ini murni karena Alloh tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Rasulullah pernah bersabda:
لَيْسَ اْلوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَ لَكِنِ اْلوَاصِلُ الَّذِيْ إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَ صَلَهَا
Bukanlah orang yang menyambung tali silaturrahim itu orang yang mengharapkan balasan, akan tetapi orang yang menjalin silaturrahim itu adalah orang yang apabila diputus tali silaturrahimnya ia tetap menyambungnya. (Bukhari 5991, Abu Dawud 1697).
Akhirnya kita berlindung kepada Alloh dari memutus silaturrahim, dan kita memohon kepadaNya agar dijadikan orang-orang yang tetap menyambung tali silaturrahim. Amiin. Allohu ‘Alam

0 komentar: