Minggu, 29 November 2009

Taubat

Oleh: Abu Abdillah Al-Atsari

Taubat adalah kalimat yang agung, tidak sebagaimana yang di pahami kebanyakan orang. Orang yang bertaubat berarti ia kembali ke jalan Alloh, kembali menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya. Ketahuilah! Alloh maha menerima taubat seorang hamba, oleh karena itu sudah semestinya bagi setiap anak adam yang di lahirkan di muka bumi ini untuk bertaubat kepada-Nya, karena tidak ada seorangpun yang selamat dari dosa dan kesalahan. Allohu Musta’an.
A. DEFINISI TAUBAT
Taubat menurut bahasa diambil dari kata kerja تَابَ-يَتُوْبُ yang bermakna kembali. Sedangkan menurut istilah para ulama mendefinisikannya dengan ungkapan yang beragam, berikut sebagian perkataan mereka.
Imam Ibnul Qoyyim t/ berkata: “Taubat adalah seorang hamba kembali ke jalan Alloh, dan menjauhi jalan orang-orang yang dimurkai lagi tersesat”. (Madarijuss Salikin 1/199).
Al-Hafizh Ibnu Hajar t/ mengatakan: “Taubat adalah meninggalkan dosa, menyesali atas perbuatannya dan bertekad untuk tidak mengulangi kembali, serta mengembalikan hak orang yang dizholimi jika dosanya berhubungan sesama manusia”. (Fathul Bari 11/123).
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t/ berkata: “Taubat adalah kembali dari kemaksiatan menuju ketaatan kepada-Nya”. (Syarah Riyadhuss Sholihin 1/74).
B. URGENSI TAUBAT
Taubat merupakan hakekat agama islam, seluruh sendi agama masuk dalam ruang lingkup taubat. Orang yang bertaubat berhak menjadi kekasih Alloh, karena memang Dia mencintai orang-orang yang bertaubat lagi mensucikan. Alloh mencintai orang-orang yang mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Imam Ibnul Qoyyim t/ berkata: “Urgensi taubat merupakan urgensi yang pertama, pertengahan dan terakhir, tidaklah seorang hamba mampu meninggalkannya, bahkan ia akan senantiasa butuh hingga akhir hayatnya. Maka taubat merupakan awal dan akhir dari kehidupan seorang hamba, kebutuhannya kepada taubat di akhir hidupnya sangat mendesak, sebagaimana pada awalnya. Alloh berfirman:

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(QS.An-Nuur:31).
Lanjutnya pula: “Di dalam ayat ini, Alloh k/ mengajak bicara orang yang beriman dan orang-orang pilihan untuk bertaubat kepada-Nya, setelah keimanan, kesabaran, hijrah dan jihad yang mereka lakukan. Alloh menghubungkan keberuntungan dengan taubat, sebagai hubungan sebab akibat. Kemudian mendatangkan kalimat semoga sebagai harapan bagi mereka, yaitu jika kalian bertaubat maka kalian akan beruntung, tidak ada yang berharap keberuntungan kecuali orang-orang yang bertaubat. Semoga Alloh menjadikan kita termasuk diantara mereka”.(Madarijuss Salikin 1/198).
Berkata Imam Nawawi t/ : “Taubat merupakan pondasi Islam yang sangat urgen, jalan pembuka bagi orang yang menempuh kampung akherat”. (Syarah Shohih Muslim 17/191).
Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui kedudukan taubat dan hakekatnya, lebih-lebih untuk mengilmui dan mengamalkan. Alloh k/ tidak menjadikan kecintaannya kepada orang-orang yang bertaubat kecuali karena mereka orang-orang yang istimewa disisi-Nya. Andaikan taubat bukan nama yang universal bagi syariat Islam dan inti keimanan, maka Alloh tidak akan senang dengan taubatnya seorang hamba dengan kesenangan yang agung. (Majmu’ Rosail Taujihat Islamiyyah 2/301).
C. HAKEKAT TAUBAT
Hakekat taubat adalah kembali kepada Alloh dengan mengerjakan yang diwajibkan dan meninggalkan yang di larang, kembali dari yang dibenci menuju kepada yang dicintai.
Imam Ibnul Qoyyim t/ berkata: “Hakekat taubat adalah dengan menyesali dosa yang telah lalu, meninggalkannya seketika itu juga dan bertekad kuat untuk tidak mengulangi kembali di masa yang akan datang”. (Madarijuss Salikin 1/202).
Permulaannya adalah dengan menyesal, kemudian diiringi dengan tekad kuat untuk meninggalkannya, menyadari bahwa kemaksiatan adalah tabir penghalang antara seorang hamba dengan Robbnya. Ia akan bergegas untuk menuju jalan keselamatan, inilah jalan yang di tempuh oleh orang-orang yang bertaubat, kembali ke jalan Alloh dari kubangan dosa yang telah lalu. Dia mengakui dosanya, bertaubat dengan sebenar-benarnya, ikhlas dan istiqomah dalam ketaatan, yang akan membawanya menjadi wali Alloh yang bertakwa, ketaatan yang menghalangi dari jalan syaithon. (Bahjatun Nazhirin 1/50).
D. HUKUM TAUBAT
Berkata Imam Nawawi t/ : “Para ulama mengatakan bahwa taubat adalah wajib dari setiap dosa”.(Riyadhus Sholihin hal.46-Takhrij Al-Albani-).
Imam Asy-Syaukani t/ berkata: “Sungguh umat ini telah bersepakat akan wajibnya taubat bagi setiap mukmin”.(Fathul Qodir 1/438, lihat pula Jami’ Li Ahkam Qur’an 3/60).
Imam Ibnul Qoyyim t/ mengatakan: “Bersegera untuk bertaubat dari dosa adalah wajib, tidak boleh diakhirkan, kapan saja diakhirkan maka ia telah bermaksiat”.(Madarijuss Salikin 1/297, lihat pula Adhwaul Bayan 5/519).
E. TAUBAT DALAM AL-QUR’AN DAN SUNNAH
Banyak sekali ayat-ayat Alloh dan hadits Nabi yang memerintahkan taubat, berikut sebagiannya;
Alloh k/ berfirman:

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(An-Nuur:31).
Berkata Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t/ : “Firmannya Supaya kamu beruntung yaitu tidak ada jalan menuju keberuntungan kecuali dengan taubat, taubat adalah dengan kembali dan menjauhi yang di benci Alloh secara lahir dan batin, menuju kepada yang dicintai oleh Alloh lahir dan batin. Oleh karenanya setiap mukmin pasti butuh bertaubat. Ayat ini pula berisi anjuran untuk ikhlas dalam bertaubat karena Alloh berfirman Bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh yaitu tidak ada tujuan lain selain mencari wajah-Nya, selamat dari riya, sum’ah dan tujuan-tujuan lain yang merusak”. (Taisir karim Rohman hal.516).
Maka orang-orang yang tidak bertaubat adalah orang yang zholim, Alloh berfirman k/ :

“Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zholim”.(Al-Hujurat:11).
Seorang hamba hanya terbagi dua; orang yang bertaubat dan orang yang zholim dan tidak ada pembagian yang ketiga. Alloh menyandarkan orang yang zholim bagi yang tidak bertaubat. Tidak ada yang lebih zholim dari pada dirinya, karena kebodohan terhadap hak robbnya, aib diri sendiri dan amalannya”.(Madarijuss Salikin 1/199).
Demikian pula Rasulullah n/ pernah bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِالَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اْلنَّهَارِ, وَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ اْلشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Sesungguhnya Alloh membentangkan tangannya di malam hari, agar bertaubat orang yang berbuat dosa di siang hari. Dan membentangkan tangannya di siang hari agar bertaubat pelaku dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari arah barat”.(HR.Muslim 2759).
Sabdanya n/ yang lain:
يَأَيُّهَا اْلنَّاسُ تُوْبُوْا إِلىَ اللهِ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اْليَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Alloh, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari”.(HR. Muslim 2702, Bukhori dalam Adab Mufrod 1621, Baghowi 1288).
Berkata Imam Ahmad bin Qudamah t/ : “ Hadits-hadits dalam masalah ini sangat banyak sekali, juga para ulama telah bersepakat akan wajibnya taubat, karena dosa itu hanyalah membinasakan dan menjauhkan dari Alloh, maka wajib meninggalkannya dengan segera. Lanjutnya lagi: “Taubat itu wajib dilakukan terus-menerus, karena manusia tidak akan luput dari maksiat, andai ia selamat dari maksiat dengan anggota badan, maka ia tidak akan selamat dari kehendak hati untuk berbuat dosa, kalaupun ia selamat dari hal itu, maka ia tidak akan lolos dari waswas syaithon yang selalu menghembuskan niat jahat untuk melalaikannya dari dzikrullah. Anggaplah lagi ia selamat dari hal itu, akan tetapi ia tidak akan selamat dari kelalaian dan kekurangan dalam ilmu kepada Alloh, sifatnya dan perbuatannya, semua itu adalah kekurangan, tidak ada seorangpun yang selamat dari kekurangan ini”. (Mukhtashor Minhaj Qoshidin hal.374-Tahqiq Ridwan Jami’ Ridwan-).
F. SYARAT TAUBAT
Taubat adalah ibadah yang agung, oleh karena itu para ulama telah menjelaskan syarat-syarat taubat, agar taubat seorang hamba dapat di terima disisi-Nya.
1.Yang pertama adalah ikhlas.
Orang yang bertaubat hendaknya hanya mencari wajah-Nya dan berharap agar taubatnya di terima disisi Alloh k/ , jangan sampai terbetik di hatinya keinginan untuk dilihat manusia atau perhatian dari mereka. Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan hadits dalam masalah ini sangat banyak sekali.
Imam Qurthubi t/ berkata: “Tidak sah taubat kecuali dengan keikhlasan, barangsiapa yang meninggalkan dosa karena selain Alloh, maka bukan termasuk orang yang bertaubat menurut kesepakatan ulama”. (Fathul Bari 11/124).
2.Menyesali dosanya.
Imam Ibnul Qoyyim t/ berkata: “Adapun menyesali dosa, sesungguhnya taubat tidak akan terealisasi kecuali dengan yang demikian, karena barangsiapa yang tidak menyesal atas dosa, maka hal itu sebagai indikasi keridhoan dan keinginannya untuk terus melakukan”. (Madarijuss Salikin 1/202).
Imam Ahmad bin Qudamah t/ berkata: “Ketauhilah bahwa taubat adalah ungkapan dari penyesalan yang membawa pada tekad dan kehendak untuk meninggalkan dosa, menghantarkan pada pengetahuan bahwa kemaksiatan adalah penghalang antara seorang insan dengan Robbnya”. (Mukhtashor Minhaj Qoshidin hal.385).
3.Meninggalkan dosa
Suatu hal yang mustahil bila taubat dengan tetap terus-menerus berkubang dalam dosa, maka bagi setiap insan yang bertaubat hendaklah ia meninggalkan dosa yang ia lakukan, jika tidak demikian maka taubatnya tertolak tidak berarti disisi Alloh. (Syarh Riyadhuss Shalihin 1/76 oleh Ibnu ‘Utsaimin t/ ).
4.Bertekad tidak mengulangi dosanya kembali.
Orang yang bertaubat hendaklah menanamkan tekad yang kuat dalam hati untuk tidak mengulangi kembali dosanya di masa yang akan datang. Dengan niat dan keinginan yang kuat inilah ia akan selamat dari kubangan dosa yang menimpanya.
5.Bertaubat pada waktunya.
Hendaklah seorang hamba bertaubat dengan segera, sebelum Alloh k/ menutup pintu taubat. Taubat menjelang ajalnya, atau ketika matahari telah terbit dari barat tidaklah berarti di sisi Alloh k/ .
Alloh k/ berfirman:

“Sesungguhnya taubat di sisi Alloh hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan klantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Alloh taubatnya; dan Alloh maha mengetahui lagi maha bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Alloh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan, hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” dan tidak pula diterima taubatorang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih”.(An-Nisa:17-18).
Rasulullah n/ bersabda:
مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ اْلشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Alloh akan menerima taubatnya”.(HR.Muslim2703).
Rasulullah n/ juga bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ اْلعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرُ
“Sesungguhnya Alloh menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat matinya ”.(HR.Tirmidzi 3537, Ibnu majah 4252, Ahmad Baghowi 1306, Ibnu Hibban 2449, Hakim 4/257 di hasankan oleh Al-Albani dalam Al-Misykah 2343).
6. Mengembalikan hak orang yang di zholimi
Maksudnya jika dosa yang di lakukan berhubungan antar sesama manusia, maka hendaklah ia mengembalikan hak-hak orang yang di zholimi dan meminta maaf kepadanya.
Imam Ibnul Mubarak t/ mengatakan: “Syarat taubat adalah menyesali dosa, bertekad untuk tidak mengulangi, mengembalikan hak orang yang dizholimi dan menunaikan kewajiban yang tersia-siakan”. (Fathul Bari 11/124).
G. TAUBAT NASHUHAH
Taubat adalah kalimat yang agung, maka sudah semestinya bagi seorang hamba yang bertaubat untuk bersungguh-sungguh dalam taubatnya. Bertaubat dengan taubat yang semurni-murninya, tidak bermain-main dalam taubat, sebagaimana sering dilakukan oleh mayoritas manusia.
Alloh k/ berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Robb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”.(At-Tahrim 8).
Alloh menjadikan terhapusnya kesalahan, dengan menghilangkan sesuatu yang di benci oleh manusia, dan memasukkannya ke dalam surga bergantung dari taubat yang nashuhah. (Madarijuss Salikin 1/336).
Sahabat mulia Umar bin Khothob dan Ubai bin ka’ab pernah berkata: “Taubat nashuhah adalah dengan bertaubat dari dosa, tidak mengulanginya kembali, sebagaimana susu tidak kembali ke dalam kantung kelenjarnya”.(Madarijuss Salikin 1/336).
Hasan Al-Bashri t/ mengatakan: “Taubat nashuhah adalah seorang hamba menyesali dosanya yang telah lalu dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali”.(Madarijuss Salikin 1/336).
Rasulullah bersabda:
لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَا كُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ, لَتَابَ عَلَيْكُمْ
“Andaikan kalian bersalah sampai kesalahan kalian memenuhi langit dunia, kemudian kalian bertaubat, niscaya Alloh akan menerima taubat kalian”.(HR.Ibnu majah 4248, di hasankan oleh Al-Albani dalam As-Shohihah 903).
Imam Ibnul Qoyyim t/ berkata: “Apabila Alloh menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Alloh akan bukakan pintu taubat baginya, dia akan menyesal, merendahkan diri, merasa butuh, memohon pertolongan, senantiasa tunduk berdo’a dan mendekatkan diri hanya kepada-Nya”. (Madarijuss Salikin 1/206).
Maka taubat permulaannya adalah kembali kepada Alloh k/ dengan menapaki jalan-Nya yang lurus, sebagaimana Alloh perintahkan dalam firmannya:

“Dan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan yang lain itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya”.(Al-An’am 153).
Dan akhir dari semua itu adalah kembali kepada-Nya di kampung akherat, berjalan menuju surga-Nya. Maka barangsiapa yang kembali kepada Alloh dengan taubat di dunia, maka ia akan kembali kepada Alloh k/ di akherat dengan membawa pahala. Alloh k/ berfirman:

“Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal sholeh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Alloh dengan taubat yang sebenar-benarnya”.(QS. Al-Furqon 71).
Akhirnya kita memohon ampun kepada Alloh k/ dari segala dosa dan kesalahan, karena setiap anak adam tidak luput dari dosa, dan sebaik-baiknya orang yang berdosa adalah yang bertaubat. Amiin. Allohu ‘Alam.

0 komentar: