Minggu, 29 November 2009

Meraih Akhlaq Mulia

Oleh: Abu Abdillah Al-Atsari

Islam adalah agama yang sempurna dari segala sisi, mengatur segala sendi kehidupan manusia, mulai dari keyakinan, ibadah sampai pergaulannya terhadap sesama. Akhlak merupakan bagian din yang patut diperhatikan setiap insan, begitu banyak ayat dan hadits yang berbicara masalah akhlak, berupa anjuran berakhlak mulia dan peringatan akan akhlak yang jelek. Akan tetapi sangat disayangkan, keagungan akhlak banyak dilalaikan oleh manusia, mereka umumnya menganggap sepele masalah ini, dan tidak perhatian terhadapnya. Melihat kenyataan pahit seperti ini penulis tergerak untuk menggoreskan penanya dalam menuangkan masalah akhlak dengan harapan sebagai peringatan dan nasehat sesama muslim. Alloh Musta’an
URGENSI AKHLAK
Sesungguhnya akhlak merupakan perkara yang agung, urgensi dan kedudukannnya dalam din yang mulia ini sangat tinggi. Bahkan din ini adalah akhlak, orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya. Rasulullah bersabda:
أَكْمَلُ اْلمُؤْمِنِ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ أَخْلاَقًا
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. (HR.Abu Dawud 4682. Tirmidzi 1162, Ahmad 2/472 Lihat As-Shahihah 284).
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Agama ini seluruhnya adalah akhlak, barangsiapa yang memperbaiki akhlaknya maka baik pula agamanya”. (Madarijus Salikin 2/320).
Sebaliknya orang yang tidak peduli masalah akhlak, indikasi akan lemah agama dan keimanannya sudah kemestian.
Imam Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Barangsiapa yang jelek akhlaknya maka jelak pula agamanya”. (Adab Syar’iyah 2/191).
Ketahuilah! Wahai hamba yang beriman -Semoga Alloh memberimu taufiq- begitu banyak dalil-dalil bersumber dari wahyu ilahi yang berbicara tentang akhlak, baik berupa perintah, anjuran untuk berakhlak mulia maupun larangan dan peringatan dari kebalikannya berupa akhlak yang tercela. Rasul kita yang mulia tidaklah diutus di muka bumi ini melainkan untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabdanya:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR.Ahmad 2/381, Bukhari dalam Adab Mufrad 273, Hakim 2/613, Dihasankankan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 45, Shahih Adab Mufrad 207).
Bahkan tidak di pungkiri pula bahwa manusia senang dengan akhlak yang mulia, mereka akan senang kepada orang yang baik akhlaknya, serta benci kepada orang yang jelek akhlak dan perangainya.
Akan tetapi alangkah sangat disayangkan, agungnya akhlak dan tingginya kedudukan dalam agama ini, masih dipandang sebelah mata oleh mayoritas manusia. Mayoritas manusia menganggap remeh masalah akhlak. Mereka acuh tak acuh, masa bodoh dan tidak mau ambil pusing dengan masalah akhlak, mereka mengatakan, “Yang pentingkan hatinya baik!” oleh karena itu tidak heran banyaknya orang-orang yang berakhlak jelek merambah pada sebagian besar barisan kaum muslimin, yang ujungnya berakibat pada munculnya fitnah yang dihembuskan oleh orang-orang yang benci agama ini. Alloh Musta’an
DEFINISI AKHLAK
Akhlak secara bahasa bermakna agama, tabiat, pembawaan atau karakter. (An-Nihayah 2/70). Sedangkan secara istilah syar’i akhlak mempunyai makna beragam yang hampir sama, berikut sebagiannya;
Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Akhlak mulia ada yang mengatakan adalah membersihkan diri dari akhlak tercela dan berhias dengan akhlak mulia”. (Madarijuss Salikin 2/320).
Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, “Akhlak mulia adalah baik hati, dermawan dan tegar terhadap gangguan. (Jami’Ulum Wal Hikam 1/457).
Imam Ibnul Mubarak berkata, “Akhlak mulia adalah berwajah ceria, memberikan kebaikan dan menahan diri dari gangguan”. (Jamiul Ulum Wal Hikam 1/457).
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Akhlak mulia itu dengan bersabar atas gangguan manusia, tidak marah dan tidak berlaku kasar kepada mereka”. (Adab Asy-Syar’iyah 2/191).
Syaikhul Islam berkata, “Asas akhlak mulia terhadap sesama manusia adalah engkau menyambung persahabatan orang yang memutusmu, dengan memberi salam, memuliakan, mendoakan kebaikan, memuji dan mengunjunginya. Memberi orang yang melarangmu dari belajar, meraih manfaat, maupun harta. Memaafkan orang yang berbuat aniaya kepadamu baik dalam harta, darah maupun kehormatan. Sebagiannya bisa wajib bisa pula sunnah”. (Majmu’ Fatawa 10/658)
Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Akhlak yang mulia tegak diatas empat rukun utama, tidak bisa dibayangkan akan tegak tiangnya kecuali dengan perkara ini, yaitu kesabaran, memaafkan, pemberani dan berlaku adil”. (Madarijuss Salikin 2/320).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata: “Akhlak mulia dia adalah akhlak yang utama lagi agung, asasnya adalah sabar, lembut, senang dengan akhlak mulia, hasilnya berupa sifat pemaaf, berlapang dada terhadap kesalahan orang yang menyakiti, memberi manfaat kepada semua manusia, sabar atas gangguan, memaafkan kekhilafan, membalas kejelekan dengan kebaikan, sebagaimana hal ini terangkum dalam firman Alloh:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (QS.Al-A’raf:199). (Lihat Ar-Riyadhun Nadhiroh hal.68 oleh As-Sa’di).
KEUTAMAAN AKHLAK MULIA
Akhlak yang mulia mempunyai keutamaan yang agung di dunia dan akherat. Berikut ini sebagian keutamaan akhlak mulia yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah;
1. Melaksanakan perintah Alloh
Tidak diragukan lagi orang yang berakhlak mulia berarti dia telah merealisasikan firman Alloh yang berbunyi:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (QS.Al-A’raf:199).
Berkata Ja’far As-Shadiq, “Dalam ayat ini Alloh memerintahkan Nabinya untuk berakhlak mulia, tidak ada di dalam Al-Qur’an sebuah ayat yang lebih universal dalam masalah akhlak dibandingkan ayat ini”. (Ma’alim Tanzil 3/316, Lihat pula Jami’ Li Ahkam Qur’an 4/218).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan, “Ayat ini sangat universal dalam masalah akhlak kepada manusia, serta yang patut dikerjakan dalam mu’amalah kepada mereka. Selayaknya manusia dipergauli dengan memberi ma’af dan berlapang dada, janganlah mereka terbebani dengan sesuatu yang tabiat mereka menolaknya, bahkan patut disyukuri terhadap perkataan maupun perbuatan mereka yang baik, tidak sombong kepada yang muda karena usianya, tidak pula kepada orang yang kurang akal, tidak angkuh kepada orang miskin karena kemiskinannya, akan tetapi pergauilah mereka dengan baik dan lembut, serta sesuai dengan kondisi masing-masing orang yang mereka menerimanya. (Taisir Karim Rahman hal.276).
2. Taat kepada Rasulullah
Bukti cinta kita kepada Rasulullah hendaklah terealisir dengan mentaati beliau dalam segala perkara. Dalam masalah akhlak beliau sangat perhatian dan bahkan menganjurkan umatnya untuk berakhlak mulia sebagaimana disinyalir dalam sabdanya;
وَ خَالِقِ اْلنَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik. (HR.Tirmidzi 1987, Ahmad 5/153, Darimi 2/323, Hakim 1/54, Thabrani dalam Al-Kabir 20/295, Dihasankan oleh Al-Albani dalam Al-Misykah 5083).
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Inilah perangai ketakwaan, tidak sempurna takwa kecuali dengan akhlak. Nabi menyendirikan penyebutan akhlak mengingat pentingnya masalah ini, karena umumnya manusia mereka menyangka bahwa takwa hanya melaksanakan hak-hak Alloh tidak ada sangkut pautnya dengan hak-hak hamba. Oleh karena itu dalam hadits ini Nabi memerintahkan kita semua untuk mempergauli manusia dengan baik. Karena kebanyakan yang dialami oleh orang yang perhatian terhadap hak Alloh dengan senantiasa cinta, takut dan taat mereka meremehkan hak-hak hamba baik secara keseluruhan maupun sebagiannya. Maka bagi yang mampu mengumpulkan antara hak Alloh dan hak hamba sangat mulia dan luhur sekali, tidak ada yang mampu melakukannya kecuali orang-orang yang sempurna dari kalangan para nabi dan siddiqin. (Jamiul Ulum Wal Hikam 1/454).
3. Meneladani Rasulullah
Nabi kita Muhammad merupakan teladan bagi para ummatnya, Alloh berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Alloh dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh. (QS.Al-Ahzab: 21).
Beliau merupakan sosok manusia yang paling bagus akhlaknya, sebagaimana ditegaskan oleh Alloh dalam firmanNya:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS.Al-Qalam: 4).
Dikisahkan suatu ketika sahabat mulia Hakim bin Aflah pernah bertanya kepada Aisyah istri nabi tentang akhlak beliau, Aisyah menuturkan, “Tidakkah engkau membaca Al-Qur’an? Ketahuilah akhlak beliau adalah Al-Qur’an”. (HR.Muslim 746. Abu dawud 1342, Ahmad 6/54).
Berkata Imam Nawawi, “Akhlak beliau Al-Qur’an maknanya adalah dengan mengamalkan, mematuhi aturannya, beradab dengan adab-adabnya, mengambil pelajaran dari kisah dan permisalan Al-Qur’an, merenungi dan memahami kandungannya serta fasih dalam membacanya. (Syarh Shohih Muslim 6/369).
4. Ibadah yang paling agung
Yang demikian karena Alloh memerintahkan akhlak mulia bagi seluruh makhluknya dengan menjanjikan ganjaran yang besar. Maka acapkali seorang insan berhias dengan akhlak mulia dan menjadi kebiasaan, berarti dia adalah orang yang taat kepada Alloh yang pada akhirnya dia akan menuai pahala dan ganjaran yang besar.
5. Ditinggikan derajatnya
Ini termasuk pula keutamaan akhlak mulia, orang yang berakhlak mulia akan ditinggikan derajatnya oleh Alloh, sebagaimana Rasulullah pernah bersabda;
إِنَّ اْلمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ اْلصَّائِمِ الْقَائِمِ
Sungguh seorang mukmin dapat meraih derajatnya orang yang shalat dan puasa karena akhlaknya yang bagus. (HR.Abu dawud 4798, Hakim 1/60, Ibnu Hibban 1927, Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 795).
6. Sebab masuk surga
Jalan menuju surga sangat banyak, diantaranya adalah dengan berakhlak mulia. Akhlak mulia merupakan amalan yang bisa menghantarkan pelakunya ke dalam surga. Berdasarkan hadits:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ اْلنَّاسَ اْلجَنَّةَ, قَالَ: تَقْوَى اللهِ وَ حُسْنُ اْلخُلُقِ
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah pernah ditanya tentang amalan yang paling banyak memasukan orang ke dalam surga? Beliau menjawab, “Takwa kepada Alloh dan akhlak yang mulia”. (HR.Tirmidzi 2004, Ibnu Majah 4246, Ahmad 2/291, Ibnu Hiban 476, Hakim 4/324, Dihasankan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 977).
7. Dimudahkan urusannya
Karena akhlak yang mulia merupakan perangai ketakwaan, sedangkan Alloh mengatakan:

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada alloh niscaya alloh menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.(QS.At-Tholak:4).
Yaitu Alloh akan mudahkan dan menjadikan baginya jalan keluar yang dekat dan pemecahan yang segera. (Tafsir Ibnu Katsir 4/345).
8. Orang yang paling dekat dengan Nabi pada hari kiamat
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَ أَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا
Sesungguhnya orang yang paling cinta kepadaku dan orang yang paling dekat kedudukannya dariku pada hari kiamat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya.(HR.Tirmidzi 2018, dihasankan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 791).
9. Dicintai oleh Alloh
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيْكٍ قَالَ: كُنَّا جُلُوْسًا عِنْدَ اْلنَّبِيِّ كَأَنَّمَا عَلىَ رُؤُوْسِنَا اْلطَّيْرُ, مَا يَتَكَلَّمُ مِنَّا مُتَكَلِّمٌ إِذْ جَاءَهُ أُنَاسٌ فَقَالُوْا: مَنْ أَحَبُّ عِبَادِ اللهِ إِلىَ اللهِ؟ قَالَ: أَحْسَنُهُمْ أَخْلاَقًا
Dari Usamah bin Syarik dia berkata, “Suatu ketika kami sedang duduk-duduk disisi Nabi, seolah-olah diatas kepala kami ada seekor burung hingga tidak ada seorangpun yang berani bicara, tiba-tiba datang sekelompok orang bertanya kepada Nabi, “Siapakah hamba Alloh yang paling dicintai olehNya? Nabi menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya”.(HR.Thabrani dalam Al-Kabir 471, Berkata Imam Al-Haitsami dalam Majma’ Zawaid (8/24), “Para perowinya rowi yang shahih”)
10. Memberatkan timbangan
Akhlak mulia merupakan amalan yang terpuji, oleh karena itu ia dapat memberatkan timbangan seseorang pada hari kiamat. Berdasarkan hadits:
عَنْ أَبِيْ اْلدَّرْدَاءِ عَنِ اْلنَّبِيِّ قَالَ: مَا مِنْ شَيْءٍ أثَْقَلُ فِيْ اْلمِيْزَانِ مِنْ حُسْنِ اْلخُلُقِ
Dari Abu Darda’ bahwasanya Nabi bersabda, “Tidak ada yang lebih berat pada timbangan seorang hamba pada hari kiamat dibandingkan Akhlak yang mulia”. (HR.Abu Dawud 4799, Tirmidzi 2002, Ahmad 6/446, Ibnu Hiban 481, Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 876, Shahih Adab Mufrod 204).
11. Melanggengkan usia
Rasulullah bersabda:
صِلَةُ الرَّحِمِ وَ حُسْنُ اْلخُلُقِ وَ حُسْنُ اْلجِوَارِ يَعْمُرَانِ اْلدِّيَارِ وَ يَزِيْدَانِ فِيْ اْلأَعْمَارِ
Menyambung tali persaudaraan, akhlak yang baik, serta baik terhadap tetangga dapat memakmurkan rumah dan memanjangkan usia. (HR. Ahmad 6/159, Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 519.
12. Orang yang istimewa
Orang yang berakhlak mulia akan mendapat tempat istimewa di hati manusia, karena memang fitrah manusia menyenangi akhlak mulia dan benci terhadap akhlak yang tercela. Mereka adalah orang-orang pilihan dan istimewa di saat mayoritas manusia mengabaikan akhlak mulia. Rasulullah menegaskan:
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR.Bukhari 6029, Muslim 2321).
KIAT MERAIH AKHLAK MULIA
Ada beberapa kiat yang dapat di tempuh untuk meraih akhlak yang mulia, diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Membenahi aqidah
Perkara akidah perkara yang agung, orang yang tidak memperhatikan akidahnya akan berimbas pada akhlak yang jelek. Karena akidah adalah keimanan dan orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Apabila akidahnya baik maka akan baik pula akhlaknya, akidah yang baik akan selalu menggiring untuk berhias dengan akhlak mulia berupa kejujuran, kesabaran, sopan santun dan sebagainya.
Imam Ghazali mengatakan, “Adab-adab yang lahir adalah cerminan dari batinnya. Aktivitas anggota badan merupakan hasil dari apa yang terlintas dalam diri seseorang. Amalan adalah hasil dari akhlak sedangkan adab-adab merupakan pilihan orang-orang yang berpengetahuan. Hati adalah pusat dari amalan. Barangsiapa yang hatinya tidak khusu’ maka tidak akan khusu’ pula anggota badannya dan barangsiapa yang dadanya tidak terkena sinar penerang ilahi maka niscaya tidak akan tercurah dalam dirinya adab-adab nabawi yang baik. (Ihya ‘Ulumuddin 2/351).
Oleh karena itu alangkah baiknya apabila seorang muslim untuk semangat membagusi akidahnya dari segala kotoran yang merusak dan alangkah layaknya bagi orang yang hendak membina umat ini memulai dengan perkara akidah, karena apabila akidah seseorang baik maka akan bersih jiwanya dan istiqomah akhlaknya.
2. Berdo’a
Do’a merupakan pintu yang amat terbuka bagi seorang muslim, apabila pintu ini telah terbuka maka kebaikan akan melimpah padanya. Nabi kita yang mulia tidak diragukan lagi adalah orang yang paling bagus akhlaknya, bersama dengan itu ia masih meminta kepada Alloh agar di anugerahkan akhlak yang mulia, beliau membaca do’a tatkala iftitah:
اَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ ِلأَحْسَنِ اْلأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِيْ ِلأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ, وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Wahai Alloh tunjukilah aku kepada akhlak yang paling baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali engkau, jauhkanlah dariku akhlak yang jelek tidak ada yang dapat menjauhkannya kecuali engkau.” (HR.Muslim 771).
3. Bersungguh-sungguh
Kesungguhan diri untuk berusaha meraih akhlak yang mulia merupakan faktor penentu, karena itu Alloh akan membukakan jalan bagi yang bersungguh-sungguh, sebagaimana ditegaskan dalam firmannya;
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridahaaan kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS.Al-Angkabut 69).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas beliau mengatakan, “Orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan maka Alloh akan tunjukkan kepada mereka jalan menuju meraih pahala”.(Ma’alim Tanzil 6/256).
4. Merenungi Al-Qur’an dan Sunnah
Orang yang senantiasa membaca dan merenungi Al-Qur’an dan Sunnah berupa ayat-ayat dan hadits nabi yang menganjurkan akhlak mulia setidaknya akan berusaha untuk merealisasikan hal tersebut, berbeda dengan orang yang hatinya telah mati ia akan berpaling dan angkuh dari mengamalkan kandungan Al-Qur’an dan Sunnah.
5. Berteman dengan orang yang baik akhlaknya
Rasulullah bersabda;
الرَّجُلُ عَلىَ دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang dipandang dari agama temannya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang menjadi temannya. (HR. Abu Dawud 4833, Tirmidzi 2378, Ahmad 2/303, Hakim 4/171, Lihat As-Shahihah 928 oleh Al-Albani).
Ketahuilah, tidak semua orang layak di jadikan teman, teman yang dipilih hendaklah mempunyai sifat-sifat yang menunjang persahabatan dan dapat diambil manfaatnya. Oleh karena itu memilih teman yang baik dan shaleh merupakan keharusan bagi setiap insan yang menhendaki terjaga agama dan akhlaknya.
AKHLAK SURI TAULADAN KITA
Siapakah orang yang paling baik akhlaknya dibandingkan nabi?, beliau adalah orang yang paling mulia disisi Alloh, Alloh memilihnya diatas ilmu, memuliakannya dengan risalah dan menguatkannya dengan wahyu. Alloh mengutusnya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan memberi peringatan akan akhlak yang tercela, Alloh memuji akhlaknya. Firman-Nya
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS.Al-Qalam: 4).
Realita dan kenyataan yang terjadi pada masa nubuwah telah menjadi bukti kongkrit tentang bagusnya akhlak beliau. Berikut kami paparkan beberapa contoh akhlak beliau yang mulia;
1. Kasih sayang terhadap anak kecil
Dari Abu Hurairah bahwasanya ia berkata, “Rasulullah suatu ketika pernah mencium Hasan bin Ali, dan saat itu ada seorang yang bernama Al-Aqra’ bin Habis disisinya. Lantas ia pun berujar, “Saya punya sepuluh orang anak tapi tidak pernah sekalipun aku mencium salah seorang diantara mereka!” Sejurus kemudian Rasulullah memandangnya sambil berkata, “Siapa yang tidak penyayang tidak akan disayang”. (HR.Bukhari 5997, Muslim 2318).
2. Lembut kepada orang awwam
Alkisah datang seorang badui masuk masjid dan langsung kencing di salah satu bagian masjid, melihat itu para sahabat yang sedang berkumpul bersama nabi merasa geram dan ingin mencegahnya tapi mereka semua dilarang oleh Nabi sampai orang badui itu menyelesaikan hajatnya. Setelah selesai Nabi menemuinya seraya berkata, “Sesungguhnya masjid ini bukan tempat untuk kotoran dan najis, tapi untuk shalat dan membaca Al-Qur’an. Melihat kelembutan dan akhlak Rasulullah akhirnya orang badui itu berkata, “Wahai Alloh rahmatilah aku dan Muhammad dan janganlah engkau rahmati selainnya!”. Rasulullah menimpali, “Jangan begitu, sungguh engkau telah menyempitkan sesuatu yang luas”. (HR.Bukhari 220, Muslim 284).
3. Dermawan kepada orang
Berkata Jabir bin Abdullah, “Tidak pernah Rasulullah ketika diminta sesuatu dia mengatakan, “Tidak”. (HR.Muslim 56)
Demikian pula seorang laki-laki pernah diberikan seekor kambing oleh Rasulullah, saking senangnya ia kembali ke kampungnya sambil berkata dengan lantang, “Masuk islamlah kalian semua, sungguh Muhammad senang memberi pemberian dan tidak khawatir miskin”. (HR.Muslim 57)
Dan masih banyak lagi akhlak-akhlak beliau yang mulia, tertuang dalam Kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah. Hendaklah semua ini kita jadikan cermin untuk meniru dan meneladaninya sebagai bukti taat dan cinta kita kepadanya.
Akhirnya inilah yang dapat penulis paparkan tentang akhlak yang mulia, semoga kita termasuk orang-orang yang mampu berhias dengan akhlak mulia. Ya Alloh tunjukilah kami kepada akhlak yang paling baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau, jauhkanlah kami dari akhlak yang jelek tidak ada yang dapat menjauhkannya kecuali Engkau. Amiin. Allohu ‘Alam

0 komentar: