Minggu, 29 November 2009

Mencari Ketenangan hati

Oleh: Abu Abdillah al-Atsari

Hati merupakan asas dan pondasi kebaikan seorang insan, maka perhatian dan selalu berusaha menjaga kesucian hati, menjadi sebuah kemestian agar hatinya tetap bersih, tenang dan selamat dari segala noda kotoran yang merusak. Hati ini mudah berubah, sesuai dengan namanya. Kalau seorang insan tidak pandai-pandai menjaga hatinya, bukan tidak mustahil kesengsaraan yang akan ia dapat. Begitu banyak orang yang mengeluh bahwa hatinya gersang, selalu gundah, tidak tenang, dan ungkapan beragam lainnya yang menggambarkan hatinya sedang sakit. Oleh karena itu wahai saudaraku seiman, jagalah hati kita masing-masing, bersihkan dari segala penyakit, obatilah hati dengan obat mujarab yang bersumber dari wahyu ilahi agar selamat dunia dan akherat. Resapilah nasehat berikut ini dan renungilah dengan hati lapang, niscaya kedamaian, ketenangan yang kita idamkan akan tergapai. Allohul Musta’an.

Usaha Menjaga Hati
Begitu banyak dalil-dalil dari al-Qur’an dan Sunnah yang berbicara masalah hati, menganjurkan agar senantiasa bersih dan suci. Ingatlah wahai saudaraku, engkau akan diminta pertanggungan jawab terhadap hatimu, bacalah firman Alloh berikut ini:

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.al-Israa: 36).
Maksudnya, setiap angota badan yang disebutkan didalam ayat ini, akan ditanya terhadap apa yang ia perbuat, hatinya ditanya tentang apa yang terlintas dan ia pikirkan serta yakini, pendengaran dan penglihatan akan ditanya dari yang ia lihat dan ia dengar. (al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 5/169).
Hati ini ibarat raja dalam sebuah jasad, baik buruknya tingkah polah seorang insan tergantung hatinya. Rasulullah bersabda:
أَلاَ وَ إِنَّ فِيْ اْلجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ اْلجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ اْلجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَ هِيَ اْلقَلْبُ
Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati. (HR.Bukhari 52, Muslim 1599).
Sahabat mulia Abu Hurairah mengatakan, “Hati ibarat seorang raja dan anggota badan sebagai prajuritnya. Apabila rajanya baik, maka baik pula seluruh prajuritnya. Apabila rajanya jelek, maka jelek pula seluruh prajuritnya. (Majmu Fatawa 10/15)
Sahabat yang lain Salman al-Farisi mengatakan, “Setiap orang mempunyai amalan yang lahir dan batin, barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya, maka Alloh akan membagusi amalan lahirnya, sebaliknya barangsiapa yang mengotori amalan batinnya, maka Alloh akan merusak amalan lahirnya. (az-Zuhd oleh Imam Ibnul Mubarak hal.17, Hilyah Auliya 1/203, lihat Ma’alim Fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal.70).
Demikian pula kalau kita tengok perjalanan para ulama salaf, mereka sangat perhatian dalam masalah hati. Menjaga hati dari segala noda kotoran merupakan asas segala kebaikan, mengotori dan tidak perhatian terhadap hati sumber segala bencana. Simaklah perkataan para ulama kita berikut ini.
Hasan al-Bashri berkata, “Obatilah hatimu, karena kebutuhan Alloh kepada hambanya terletak pada baiknya hati”. (Hilyah Auliya 2/157 lihat Ma’alim Fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal.70).
Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Amalan-amalan hati adalah pokok dari semua perkara, sedangkan amalan anggota badan adalah sebagai pengikut, pelengkap dan penyempurnanya. Niat dalam hati ibarat ruh dalam jasad, sedangkan amal perbuatan ibarat jasadnya. Apabila ruh berpisah dari jasad, akan membawa pada kematian. Demikian pula amal perbuatan jika tidak diiringi dengan niat maka amalannya sia-sia belaka. Oleh karena itu mengetahui hukum-hukum hati lebih utama daripada mengetahui hukum-hukum anggota badan, karena hati adalah asasnya, sedangkan anggota badan adalah cabang darinya”. (Bada’I Fawaid 3/224).
Imam asy-Syathibi mengatakan, “Amalan-amalan lahiriah yang terlihat adalah indikasi apa yang ada di dalam batin. Apabila lahiriahnya jelek, maka batinnya dihukumi seperti itu pula. Namun apabila lahiriahnya istiqamah, maka itu adalah pertanda bagusnya batin seseorang. Ini merupakan kaedah yang umum pada masalah fikh, dan seluruh hukum-hukum adat, dan praktek nyata. Bahkan perhatian pada masalah ini sangat bermanfaat sekali dalam syari’at ini”. (al-Muwafaqat 1/233).
Imam Ibnu Muflih mengatakan, “Baiknya hati sumber segala kebaikan, dan rusaknya hati sumber segala kejelekan, karena Rasulullah bersabda, Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati. Kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki hati-hati kita dan hati saudara kita kaum muslimin”. (al-Adab as-Syar’iyyah 3/111).
Ketenangan Hati
Di tengah kehidupan yang katanya modern, gemerlapnya kehidupan dunia, telah membuai sebagian manusia hingga lupa kepada Alloh dan agamanya. Namun tak bisa dipungkiri, orang-orang yang hanya mengejar dunia, lupa akan akherat merekalah kelompok terbesar yang mengalami sakitnya hati. Lihatlah keluhan yang mereka lontarkan, “Hati saya sedang gelisah, gersang dan tidak tenang”., “Aku melakukan dosa ini demi ketenangan hati”, “Ah.. biarlah aku tetap begini asalkan hati ini senang dan tentram”.
Alasan seperti ini, bukanlah dalil untuk mencari kepuasan sesaat dengan menerjang aturan dien! Apakah berdalih untuk mencari ketenangan hati lantas kita berbuat seenaknya tanpa mengindahkan agama? Apakah karena ingin meraih bening hati boleh menerjang bid’ah seperti dzikir bersama? Ingatlah, mengobati hati jangan serampangan dengan mengambil seribu upaya tanpa berpegang dengan wahyu ilahi, alih-alih ingin menggapai kenangan hati, malah beban fikiran semakin bertambah dan hati semakin tidak karuan.
Semoga Alloh merahmati Imam Ibnul Qayyim tatkala mengatakan, “Mensucikan jiwa lebih berat dan lebih sulit ketimbang mengobati badan. Maka, barangsiapa yang mensucikan jiwanya dengan cara riyaadhah menyepi dan cara-cara lain yang tidak pernah dituntunkan oleh para rasul, ibaratnya dia bagaikan orang sakit yang mengobati dirinya dengan akalnya sendiri. Apalah bandingannya antara akalnya dengan pengetahuan dokter?. Para rasul, mereka adalah dokternya hati. Tidak ada cara untuk mensucikan jiwa dan membagusi hati kecuali dengan mengikuti cara yang mereka tempuh, mengikuti bimbingan mereka dengan tunduk, patuh dan berserah diri”. (Madarijus Salikin 2/328).
Kiat Menggapai Ketenangan Hati
Setelah kita pahami bersama, bahwa mencari ketenangan jiwa harus melalui bimbingan wahyu dan petunjuk para rasul, maka berikut ini kami berikan sebagian kiat-kiat syar’I yang kami nukilkan dari sebagian kitab para ulama . Pahamilah dan resapi semoga hati kita menjadi baik kembali.
1.Tauhid, Iman dan Amal Shalih
Banyak orang salah persepsi dalam memaknai kebahagian dan ketentraman. Begitu banyak orang yang menyangka bahwa ketentraman itu hanya dengan harta yang banyak, makanan yang enak, rumah yang luas dan istri yang cantik. Sebagian yang lain mengartikan bahwa ketenangan itu apabila badan ini sehat dan ekonomi tercukupi. Persepsi semacam ini tidak seluruhnya benar, memang manusia difitrahkan untuk mencintai wanita, harta dan anak-anak, tapi hal itu bukan segala-galanya. Kebahagian, ketenangan yang esensi adalah dengan bertauhid, mengesakan Alloh bahwa Dialah satu-satunya Ilah yang berhak diibadahi. Beriman dan mengerjakan amalan shalih, hal ini sebagaimana termaktub dalam firmanNya.

Barangsiapa yang mengejakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.an-Nahl 97).
Tauhid seorang insan apabila semakin kuat dan sempurna, akan menambah kelapangan hati dan ketenangan. Alloh berfirman:

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Alloh hatinya untuk menerima agama islam lalu ia mendapat cahaya dari rabbnya (sama dengan orang yang keras hatinya?). Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Alloh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS.az-Zumar 22).
Firman Alloh yang lain:

Barangsiapa yang Alloh kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh kesesatannya, niscaya Alloh menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. Begitulah Alloh menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS.al-An’am 125).
Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Diantara bentuknya adalah cahaya keimanan yang Alloh tanamkan pada diri seorang hamba. Apabila cahaya ini telah tertanam, akan melapangkan dada dan membuat hati senang. Sebaliknya apabila cahaya ini hilang, maka seorang manusia akan berada dalam kesusahan dan kesempitan, bagaikan orang yang berada dalam penjara yang sempit lagi sulit”. (Zaadul Ma’ad 2/24).
2.Ilmu
Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu yang bermanfaat, ilmu yang bersumber dari kitabullah dan sunnah rasulullah, bukan ilmu duniawi atau ilmu yang dilarang seperti sihir dan lainnya. Semakin luas ilmu seseorang, semakin lapang dan tentram pula dada dan hatinya. Apa rahasianya? Karena orang yang berilmu akan senantiasa terbimbing menuju kebaikan, ia menjadi hamba yang paling takut kepada Alloh. Selalu berhias dengan perangai ketakwaan. Alloh berfirman:

“Sesungguhnya yang takut kepada Alloh diantara hamba-hambanya, hanyalah Ulama”.(Faathir 28).
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ اْلدِّيْنِ
“Barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikan, maka Alloh akan faqihkan ia dalam agamaNya”.(HR.Bukhori 71, Muslim 1037).
Imam Nawawi berkata: “Didalam hadits ini menunjukkan keutamaan ilmu dan faqih dalam agama serta anjuran untuk menekuninya, karena ilmu dapat menuntun menuju ketakwaan”.(Syarah Shohih Muslim 7/104).
3.Dzikir
Kebutuhan dzikir bagi hati bagaikan ikan dengan air. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dzikir bagi hati ibarat air bagi seekor ikan, maka bagaimanakah keadaan ikan jika dipisahkan dari air??”.(al-Wabiluss Shoib hal.93).
Alloh berfirman:

Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mreka menjadi tentram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tentram. (QS.ar-Ra’d 28).
Berkata Syaikh Abdurrahman As-Sa’di : “Selayaknya dan sudah menjadi keharusan bahwa hati tidak akan tenang kecuali hanya dengan dzikir”. (Taisir Karimir Rahman hal.372).
Akan tetapi ingatlah selalu, bahwa dzikir itu adalah ibadah, maka harus sesuai dengan tuntunan syar’i dalam pelaksanaannya, tidak sebagaimana metode-metode dzikir yang berkembang dewasa ini yang jauh dari rel syar’i.
4.Berbuat baik kepada manusia
Orang yang berbuat baik kepada manusia, baik dengan harta, kedudukan, dan badannya adalah orang yang paling bahagia dan lapang hatinya, jiwanya paling baik. Sementara orang yang bakhil dia adalah orang yang paling susah, dan sempit jiwanya. Dia sering mengeluh dan bersedih. Maka bersegeralah wahai saudaraku, berbuat baiklah kepada sesama, semoga Alloh memberi ganjaran yang besar kepadamu.
Alloh berfirman:

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari pada orang yang menyuruh manusia memberi shadaqah, atau berbuat baik atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS.an-Nisa 114).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan, “Alloh mengabarkan dalam ayat yang mulia ini bahwa perkara-perkara diatas semuanya adalah kebaikan. Kebaikan itu akan mendatangkan kebaikan dan menolak kejelekan. Seorang muslim yang hanya mencari pahala, maka Alloh akan memberinya pahala yang besar, diantara bentuknya adalah dengan menghilangkan kesedihan, kegundahan dan segala kotoran penyakit. (al-Wasail al-Mufidah hal.13).
5.Hilangkan penyakit hati
Hati dapat merasakan sakit sebagaimana anggota tubuh lainnya. Kalau sakitnya badan perkaranya mudah, banyak obat bisa dicari, namun kalau hati ini telah sakit, terpenuhi racun kotoran hati, obatnya tidak boleh sembarangan harus benar-benar mujarab. Oleh karena itu wahai saudaraku jauhilah racun perusak hati, diantaranya adalah banyak bergaul, bicara, makan, tidur dan banyak memandang. Perkara-perkara semacam ini membuat hati sempit, malas dan bahkan membawa matinya hati.
6.Mentadabburi al-Qur’an
Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan keyakinan. Tidak ada jalan untuk menggapai iman dan keyakinan kecuali dengan al-Qur’an. Karena tenang dan tentramnya hati termasuk keyakinannya terhadap al-Qur’an. Dan guncangnya hati pertanda keraguannya. Dengan al-Qur’an dapat tergapai keyakinan dan tertolak keraguan, sangkaan dan kebimbangan. Maka tidak akan tenang hati seorang muslim kecuali dengan al-Qur’an”. (Madarijus Salikin 2/535).
Alloh berfirman:

Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tentram. (QS.ar-Ra’d 28).
Maka mulai detik ini, renungi dan pahamilah al-Qur’an, kaji lebih dalam lagi jangan engkau berpaling darinya, karena Alloh berfirman:

“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.(Thaaha 124).
Optimis menatap masa depan
Wahai saudaraku seiman, janganlah engkau bersedih, gundah dan resah dalam menghadapi kehidupan ini. Ingatlah dunia ini adalah tempat perjuangan, problematika yang menghadang hanyalah bumbu kehidupan yang akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu dan kuatnya keimananmu. Berdo’a dan meminta tolonglah kepada Alloh dalam menghadapi persoalan hidup, semangatlah selalu untuk menggapai yang bermanfaat, lupakan yang telah berlalu, jangan diungkit-ungkit kejadian yang telah lewat, semangatlah dalam menghadapi hari depanmu. Rasulullah bersabda:
اِحْرِصْ عَلىَ مَا يَنْفَعُكَ, وَ اسْتَعِنْ بِاللهِ وَ لاَ تَعْجَزْ, وَ إِذَا أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ: لَوْ أَنِيْ فَعَلْتُ كَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا, وَ لَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ, فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Semangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Alloh, jangan lemah. Apabila sesuatu menimpamu maka janganlah engkau mengatakan, Andaikan aku mengerjakan begini, niscaya akan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah, Qodarullah wa ma Sya’a Fa’al (Semua ini takdir Alloh, Dia mengerjakan apa yang Dia kehendaki), karena kalimat Lau(Andaikan) membuka pintu bagi amalan setan. (HR.Muslim 2664, Ibnu Majah 79, Ahmad 2/366).
Akhirnya kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki hati-hati kita, menjadikannya bersih dari segala kotoran, tenang dan tentram. Amiin. Allohu A’lam

0 komentar: