Jumat, 27 November 2009

Bekal Safar

DEFINISI SAFAR

Secara bahasa, safar diambil dari kata bahasa Arab ( سَفَرَ ) yang berarti nampak. Disebut demikian karena dia menampakkan wajah asli dan akhlak seorang yang safar. Shadaqaoh bin Muhammad berkata: "Safar merupakan timbangan seorang, disebut safar karena dia menampakkan akhlak seorang" .
Seorang pernah berkata kepada Umar bin Khaththab: "Sesungguhnya si fulan adalah orang yang jujur". Maka Umar bertanya padanya: Apakah kamu pernah safar bersamanya? Jawabnya: Tidak. Pernahkah ada hubungan bisnis dengannya? Jawabanya: Tidak. Pernahkah kamu memberikan kepercayaan padanya? Jawabnya: Tidak. Kata Umar selanjutnya: Berarti kamu tidak mengerti tentangnya.
Adapun secara istilah adalah menempuh perjalanan yang merubah hukum dengan niat safar.

DAMPAK POSITIF SAFAR
Imam Syafi'I pernah berkata tentang faedah safar:
تَغَرَّبْ عَنِ الأَوْطَانِ فِيْ طَلَبِ العُلاَ
وَسَافِرْ فَفِيْ الأَسْفَارِ خَمْسُ فَوَائِدِ
تَفَرُّجُ هَمٍّ وَاكْتِسَابُ مَعِيْشَةٍ
وَعِلْمٌ وَأَدَابٌ وَصُحْبَةُ مَاجِدِ
Berkelanalah dari kampungmu untuk mencari keutamaan
Lakukanlah safar karena didalamnya ada lima faedah
Menghilangkan kesumpekan dan mengais rezeki
Mendapatkan ilmu, adab dan teman yang baik.
Dari ucapan beliau di atas, dapat kita ambil lima point tentang faedah safar, yaitu:

1. Menghilangkan Kesumpekan
Hal itu dikarenakan seorang akan merasakan jemu dan bosan bila dia hanya terus menerus berada di satu tempat, seperti halnya kalau dia hanya memakan satu jenis makanan saja. Namun kalau dia pindah tempat dan menyibukkan diri niscaya rasa kesumpekan lambat laun akan segera hilang.

2. Mengais Rizki
Hal itu karena rizki dicari dengan bergerak bukan dengan hanya diam di tempat saja. Pernah ada seorang datang kepada Ma'ruf al-Karkhi: Wahai Abu Mahfuzh! Apakah saya mesti gerak untuk mencari rezeki atau duduk saja? Beliau menjawab: Geraklah, karena itu lebih baik bagimu. Orang tadi berkata: Orang seperti anda mengatakan seperti ini? Beliau menjawab: Bukan saya yang mengucapkan hal itu, tetai Allah yang memerintahkan demikian dalam ayat-Nya:

Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. (QS. Maryam: 25)
Alangkah indahnya ucapan ats-Tsa'alibi:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ قَالَ لِمَرْيَمِ
وَهُزِّيْ إِلَيْكِ الْجِذْعَ يُسَاقِطِ الرُّطَبُ
وَلَوْ شَاءَ أَنْ تَجْنِيَهُ مِنْ غَيْرِ هَزِّهَا
جَنَتْهُ وَلَكِنْ كُلُّ شَيْئٍ لَهُ سَبَبُ
Tidakkah kamu perhatikan Allah befirman kepada Maryam
Goyanglah pohon kurma ke arahmu, nicaya dia menggugurkan kurma untukmu
Seandainya Allah berkehendak dia memetik tanpa menggoyang, tentu bisa
Namun segala sesuatu mesti ada sebabnya.

3. Mendapatkan Ilmu
Kebiasaan para ulama salaf terdahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang setelah mereka adalah melakukan perjalanan jauh untuk menimba ilmu, bahkan tak sedikit diantara mereka yang menempuh perjalanan berbulan-bulan hanya untuk mencari satu hadits. Kisah-kisah tentang mereka begitu banyak sekali .

4. Meraih Adab
Tatkala dia melihat adab dan akhlak indah para ulama dan orang-orang shalih yang tidak ada di kampung halamannya, maka dia akan menirunya dan terpengaruh olehnya.

5. Bertemu Teman
Betapa banyak seorang mendapatkan kenalan kawan tatkala dia melakukan safar, sehingga akan mempererat hubungan persaudaraan dan mengangkat kedudukan.

6. Menambah Iman
Dalam safar kita akan memandang keajaiban-keajaiban ciptaan Allah yang akan menambah keimanan kita terhadap kebesaran Allah dan menjadikan kita lebih banyak bersyukur kepadaNya.

(QS.
Hal ini mencakup perjalanan dengan kaki dan kendaraan, dan mencakup juga perjalanan dengan renungan.

7. Menyehatkan Badan
'Antarah pernah berkata: "Safar dapat menyehatkan badan dan menghilangkan kemalasan serta membuat suka makan".
Hal itu karena badan ini mengandung lemak-lemak makanan yang bila dibiarkan tanpa gerakan maka akan mengakibatkan penyakit. Namun dengan gerakan, maka badan akan terasa hangat, lemak-lemak makanan menghilang, menjadikan badan enteng dan semangat.
Oleh karenanya, Islam mensyariatkan beberapa syari'at yang mengandung gerakan untuk olah raga seperti jihad, manasik haji, berkunjung, mengantarkan jenazah, pergi ke masjid, wudhu, mandi dan lain sebagainya .

8. Mengangkat Kedudukan
Hal ini sangat nampak dalam sejarah Nabi, dimana tatkala beliau dikucilkan di kampungnya, maka beliau keluar meninggalkan kota tercinta "Mekkah" menuju "Madinah" sehingga tatkala kekuasaan beliau menguat maka beliau kembali lagi ke kampong halamannya. Dari sini dapat diambil faedah tentang dianjurkannya berpindah dari tempat yang membahayakan dirinya.
وَإِنَّ صَرِيْحَ الأَمْرِ وَالرَّأْيِ لِامْرِئٍ
إِذَا بَلَغَتْهُ الشَّمْسُ أَنْ يَتَحَوَّلاَ

Sesungguhnya termasuk kecerdasan seorang
Apabila terkena sengatan sinar matahari dia segera berpindah.

9. Menuai Pahala
Amalan-amalan ibadah yang tidak dia lakukan karena sebab safar tetap dicatat melakukannya sekalipun dia tidak melakukannya.
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلَ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيْمًا صَحِيْحًا
Apabila seorang hamba sakit atau bepergian, maka dia ditulis seperti apa yang dia lakukan dalam muqim sehat. (HR. Bukhari: 2996)

10. Terkabulnya Doa

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ لاَ شَكَّ فِيْهِنّ : دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ
Tiga kali doa yang terkabulkan tanpa diragukan; Doa orang tua, dan doa seorang bepergian, dan doa orang yang terzhalimi (HR. Tirmidzi 1905, Abu Dawud 1536)
Al-Hafizh Ibnu Rojab berkata: "Bertambah lamanya suatu safar akan lebih menjadikan sebuah doa terkabulkan, karena hati saat itu rendah disebabkan keasingan diri dari kampung halamannya, sedangkan kerendahan diri dan menanggung beban merupakan sebab utama terkabulkannya do'a".

DAMPAK NEGATIF SAFAR
Sepertinya kurang adil kalau hanya disebutkan dampak positifnya safar saja tanpa menyebutkan dampak negatifnya, maka perlu kami cantumkan juga di sini sebagian dampak negatifnya, diantaranya adalah berpisah dengan orang-orang yang tercinta, kelelahan dalam menempuh perjalanan, adanya rasa ketakutan dalam hati dan sebagainya. Hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدُكُمْ نَوْمَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نُهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
Safar itu sebagian dari siksaan, seorang diantara kalian tidak enak makan dan minum ketika safar. Bila dia telah menyelesaikan urusannya maka segeralah dia kembali ke keluarganya. (HR. Bukhari 1804, Muslim: 4938)
Al-Munawi berkata: "Safar dikatakan sebagian dari adzab karena dalam safar terdapat kesukaran, kelelahan, hembusan angin, cuaca yang dingin dan panas, rasa takut, bahaya yang mengancam, sedikit makan dan minum, serta berpisah dari orang-orang tercinta".
Abdul Qadir bin Abil Fath berkata:

إِذَا قِيْلَ فِيْ الأَسْفَارِ خَمْسُ فَوَائِدِ
أَقُوْلُ: وَخَمْسٌ لاَ تُقَاسُ بِهَا بَلْوَى
فَتَضْيِيْعُ أَمْوَالٍ وَحَمْلُ مَشَقَّةٍ
وَهَمٌّ وَأَنْكَادٌ وَفُرْقَةُ مَنْ أَهْوَى
Bila dikatakan dalam safar ada lima faedah
Saya juga berkata ada lima dampak negatif yang tak tertandingi
Menghabiskan uang, menanggung beban, kesumpekan,
Kepenatan dan berpisah dengan orang tercinta .

ADAB SAFAR
1.Istikharah
Rasulullah menganjurkan istikharah dalam segala perkara. Perkara-perkara yang penting yang memang kita butuh petunjuk dari Alloh di dalamnya. Beliau bersabda:

إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِاْلأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَقُوْلُ...
"Apabila salah seorang diantara kalian berencana dalam suatu perkara, maka hendaklah dia shalat dua rakaat shalat sunnah bukan wajib, kemudian berdo'alah…"(HR.Bukhari 6382).
Sebelum safar, mohonlah kepada Alloh agar safar yang kita kerjakan adalah safar yang membawa kebaikan. Karena hanya Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi.
2.Segera bertaubat
Apabila waktu keberangkatan sudah dekat maka perbanyaklah taubat kepada Alloh. Taubat dari segala dosa dan kelalaian yang mungkin tidak kita sadari, karena bagaimanapun juga kita tidak tahu apa yang akan terjadi di tengah perjalanan. Alloh berfirman:

Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (QS.Luqman 34)
Syaikh Ibnu Qudamah mengatakan: "Safar ada dua macam, safar dengan badan yaitu meninggalkan negeri dan safar dengan hati, yaitu kembalinya hati dari keadaan yang paling rendah menuju penguasa langit alam semesta, dan ini adalah safar yang paling utama".
3.Izin kepada orang tua
Apabila kedua orang tua kita masih hidup, maka hendaklah seorang yang akan safar untuk meminta izin terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya. Meminta izin kepada mereka akan membawa berkah, ridha mereka adalah kebaikan bagi seorang anak, dan tidak ridhanya orang tua adalah penghapus berkah.
Apabila kedua orang tua telah tiada, hendaklah minta izin dan pendapat kepada orang-orang yang mempunyai kebaikan dan keshalihan dari kerabat terdekat atau orang yang terpercaya, Alloh berfirman:

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS.Ali Imran 159
4.Jangan lupa tunaikan hak dan tulis wasiat
Safar penuh dengan kesulitan dan kesukaran, kepayahan dari segi badan atau harta, oleh karena itu sebelum berangkat, tunaikanlah hak-hak yang yang menjadi beban kita untuk diserahkan kepada pemiliknya. Tunaikanlah hutang, tulis wasiat dan sebagainya dari hak-hak yang bisa membuat perjalan safar menjadi ringan dan bebas dari tanggungan. Hal ini pernah dikerjakan oleh nabi tatkala hendak hijrah beliau menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib agar mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya.
5.Bawa bekal yang cukup
Karena seorang yang melakukan perjalanan jauh dia tidak tahu apa yang akan terjadi dalam safarnya., maka berbekal dengan bekal yang cukup adalah sebuah kemestian, sebagai antisipasi dari perkara yang tidak terduga dan agar kita tidak meminta-minta kepada orang lain.
6.Safar pada hari kamis

Dari Ka'ab bin Malik dari bapaknya dia berkata: "Adalah rasulullah berangkat pada hari kamis ketika perang Tabuk, dan beliau menyukai bepergian pada hari kamis". (HR.Bukhari no.2950).
Faedah: Safar pada hari jum'at?
Safar pada hari jum'at tidak lepas dari tiga keadaan:
Pertama: Apabila berniat untuk shalat jum'at di jalan maka boleh secara mutlak.
Kedua: Apabila safarnya sebelum matahari tergelincir, maka dibolehkan selama tidak ada niat untuk menghindar dari kewajiban jum'at.
Suatu ketika Umar bin Khathab melihat seseorang sedang bersiap-siap untuk safar, kemudian orang tersebut bergumam: "Andai saja hari ini bukan hari jum'at, sungguh saya akan berangkat sekarang!" akhirnya Umar menegurnya dengan tegas: "Berangkatlah sesungguhnya hari jum'at tidak menghalangi dari bepergian".
Ketiga: Apabila safarnya setelah matahari tergelincir (setelah masuk waktu shalat) maka mayoritas ulama tidak membolehkannya. Karena setelah masuk waktu shalat seseorang dituntut untuk menghadiri shalat jum'at. Alloh berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. al-Jumu'ah: 9)
7.Pamitan kepada orang-orang tercinta
Dianjurkan kepada orang yang akan bepergian untuk berpamitan kepada keluarga, tetangga, teman-teman dan orang-orang yang tercinta. Nabi apabila hendak safar beliau berpesan kepada keluarganya:

Aku menitipkan kamu kepada Alloh yang tidak akan menyia-nyiakan barang yang dititipkan. (as-Shahihah 1/51).
Dan bagi orang yang melepas kepergian musafir hendaklah menjawab dengan doa:

Aku menitipkan agamamu, amanatmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Alloh. (HR.Abu Dawud 2601, Nasai dalam Amal Yaum wa Lailah 511, Ibnu Sunni 505, Hakim 2/97. Dishahihkan oleh Mundziri, Nawawi, al-Albani. Lihat as-Shahihah 15).
Atau boleh juga dengan doa:

Semoga Alloh menambah ketakwaanmu, mengampuni dosamu dan memudahkan kebaikan dimanapun kamu berada. (HR.Tirmidzi 3444, Hakim 2/97, Shahihul Jami' 3579).
Imam Abdul Barr mengatakan: "Apabila salah seorang diantara kalian hendak safar, maka hendaklah dia berpamitan kepada sanak kerabat dan teman-teman sejawat, karena sesungguhnya Alloh akan menjadikan doa mereka sebagai keberkahan".
8.Safar sendirian?
Yang lebih utama hendaklah safar dengan beberapa teman, dalam sebuah hadits rasulullah bersabda:

Seandainya manusia mengetahui dalam kesendirian seperti yang aku ketahui, tentulah tidak tidak akan ada orang yang pergi sendiri di malam hari. (HR.Bukhari 2998).
Juga rasulullah bersabda:

Orang yang pergi sendiri adalah syaithan, orang yang pergi berdua adalah syaithan, orang yang pergi bertiga adalah jama'ah. (HR.Abu Dawud 2607, Tirmidzi 1673, Ahmad 2/186, Hakim 2/102. Syaikh al-Albani menghasankannya dalam as-Shahihah 61).
Imam at-Thabari berkata: Ini adalah peringatan, adab dan petunjuk nabi. Karena orang yang bepergian sendiri, kemudian bermalam, sesungguhnya dia tidaklah aman dari gangguan binatang buas dan lain-lain, terlebih lagi lagi jika dia orang yang memiliki akal dan hati yang lemah. (Fathul Qadir 4/56).
Akan tetapi hal ini dikecualikan apabila dalam keadaan dharurat dan kebutuhan yang mendesak, seperti ketika mengutus mata-mata atau ketika aman dari gangguan seperti kondisi dewasa ini, maka safar sendirian dibolehkan.
9.Sunnahnya mengangkat pemimpin ketika safar
Berdasarkan hadits:

Dari Abu Said al-Khudzri bahwasanya rasulullah bersabda: "apabila ada tiga orang yang hendak safar, maka jadikanlah salah seorangnya sebagai pemimpin". (HR.Abu Dawud 2608, Lihat as-Shahihah no.1322).
Imam al-Khttabi berkata: "Perintah dalam hadits ini bertujuan agar mereka bersatu dan tidak berselisih dalam menetapkan satu perkara dan pendapat".
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan: "Zhahir hadits bahwa pemimpin ini bila mereka telah ridha wajib untuk ditaati dalam perkara yang berhubungan dengan maslahat safar, tidak boleh diselisihi karena dia adalah pemimin".
10.Ingat selalu doa safar
Dzikir kepada Alloh dalam setiap keadaan adalah wajib bagi seluruh manusia. Dia adalah benteng seorang muslim dari segala gangguan baik dari golongan jin maupun manusia. Alloh berfirman:

ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. (QS.an-nisa 103)
Maka tidaklah orang yang berpaling dari dzikir kepada Alloh kecuali temannya adalah syaithan. Alloh berfirman:

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (al-Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. az-Zukhruf:36).
Maka sudah menjadi kemestian bagi seorang musafir untuk menjaga dan membiasakan dengan doa-doa dan dzikir ketika safar, sebagaimana akan datang penjelasannya secara rinci insya Alloh.
11.Takwa kepada Alloh dimanapun berada
Rasulullah pernah bersabda:

Bertakwalah kepada Alloh dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan jelek dengan kebaikan yang dapat menghapusnya serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (HR.Tirmidzi)
Ketika safar, hendaklah kita selalu ingat bahwa Alloh senantiasa mengawasi para hambanya di manapun berada, Dia Maha Mengetahui atas segala perbuatan yang kita lakukan. Maka janganlah coba-coba untuk berbuat maksiat ketika kita jauh dari keluarga atau teman. Janganlah terpedaya dengan bujukan setan yang selalu bernafsu untuk menjatuhkanmu dalam jurang maksiat dan dosa!, janganlah engkau ikuti kebiasaan sebagian orang yang melampiaskan nafsunya ketika mereka jauh dari keluarga dan teman-teman!!. Bertakwalah selalu kepada Alloh di manapun engkau berada. Wallohul musta'an.
12.Istirahat di tengah perjalanan
Istirahat di tengah perjalanan sangat dibutuhkan sekali, lebih-lebih apabila safar yang kita lakukan menempuh perjalanan yang jauh. Mengistirahatkan kendaraan sejenak agar tidak terlalu panas, menunaikan hajat, makan dan minum, menjalankan shalat dan lain-lain dari kebutuhan yang diperlukan.
Berkaitan dengan istirahat di tengah perjalanan ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan:
Pertama: Tidurnya seorang musafir
Safar di dalamnya terdapat kelelahan, maka selayaknya bagi seorang musafir untuk memberikan hak badannya agar istirahat. Apabila anda yang mengemudikan kendaraan maka istirahatlah yang cukup, agar rasa ngantuk hilang dan terhindar dari kecelakaan.
Kedua:Pilih tempat yang sesuai
Rasulullah bersabda:

Apabila kalian hendak istirahat maka hindarilah di jalan. Karena jalan adalah tempat kendaraan lewat dan tempatnya gangguan di waktu malam. (HR.Muslim 1926)
Ketiga:Berkumpul jangan berpencar
Inilah petunjuk nabi yang perlu diperhatikan. Apabila musafir berkelompok, hendaklah ketika istirahat berkumpul dan jangan berpencar sendiri-sendiri, karena hal ini demi menjaga keamanan dan keselamatan dari gangguan orang jahat, binatang buas dan lain-lain. Rasulullah mengatakan:

Sesungguhnya berpencarnya kalian di lembah dan kampung ini adalah dari setan. (HR.Abu Dawud 2628, Ahmad 4/193, Hakim 2/115. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no.2628).
13.Segera pulang apabila telah selesai kebutuhan
Rasulullah bersabda:

Safar adalah bagian dari adzab, menghambat seseorang dari makan, minum dan tidurnya. Apabila telah selesai dari kebutuhannya hendaklah dia segera kembali ke keluarganya. (HR.Bukhari 1804, Muslim 1927).
Al-Hafizh Ibnu hajar mengatakan: "Di dalam hadits ini terdapat isyarat dibencinya mengasingkan diri dari keluarga tanpa kebutuhan".
14.Beri tahu keluarga
ketika akan kembali dari safar, maka beri kabar terlebih dahulu kepada keluarga, baik dengan surat, telepon atau lainnya. Agar mereka merasa siap untuk menyambut kedatangannya, lebih-lebih apabila safarnya adalah safar yang lama.
15.Jangan ketuk pintu malam hari
Termasuk sunnah bagi seorang musafir agar tidak datang di malam hari kecuali dalam keadaan terpaksa. Anas mengatakan

Adalah nabi tidak mengetuk pintu keluarganya di malam hari, beliau datang dari safar pagi atau sore hari. (HR.Bukhari 1800, Muslim 1928).
Sebab larangan hadits ini adalah agar seorang yang baru datang dari safar tidak melihat keluarganya dalam kedaan yang tidak menyenangkan. Juga sebab yang lain agar seorang istri bersiap dan mempersiapkan anaknya untuk menyambut suami agar kegembiraan bertambah sempurna. Ini apabila safarnya dalam waktu yang lama, apabila safarnya hanya satu atau dua hari maka tidak mengapa dia datang menemui keluarga sekehendaknya. Walhasil, apabila safarnya dalam waktu yang lama, maka janganah dia mendatangi keluarganya di waktu malam kecuali karena kebutuhan atau sudah memberi tahu sebelumnya, maka hal itu tidak mengapa.
16.Bawa oleh-oleh?
Perhatian kepada keluarga dan memberikan kegembiraan kepada mereka adalah termasuk kebiasaan salaf. Termasuk dalam masalah ini adalah memberi hadiah. Hadiah dapat mendatangkan kecintaan, sebagaimana rasulullah bersabda:
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
Berilah hadiah diantara kalian niscaya kalian akan saling mencintai.
Imam al-Ghazhali mengatakan, "Selayaknya untuk membawa hadiah untuk keluarga dan kerabat berupa makanan atau lainnya sesuai kemampuan karena hal itu adalah sunnah. Mata ini akan memperhatikan apa yang dibawa oleh orang yang datang dari safar, hati akan gembira dengannya. Maka sangat ditekankan untuk memberi kegembiraan dan menyenangkan hati mereka".
17.Menyambut kedatangan musafir
Orang yang safar akan merasakan kerinduan yang sangat kepada keluarga dan anak-anaknya. Oleh karena itu termasuk sunnah untuk menyambut kedatangan musafir dengan menghadirkan anak-anak atau orang-orang tercinta dari keluarganya.
Ibnu Abbas berkata: "ketika Nabi tiba di Makkah beliau disambut oleh anak-anak dari bani abdul muthallib, satu di gendong di depan dan yang lainnya di belakang".(HR.Bukhari 1798).
18.Berpelukan ketika datang dari safar
Disunnahkan untuk menyambut musafir dengan salaman, pelukan dan ucapan selamat atas kedatangannya.
Aisyah berkata: "Zaid bin Haritsah baru tiba dari Madinah dan rasulullah sedang berada dalam rumahku. Dia datang dan mengetuk pintu, mendengar itu rasulullah bangkit dengan segera sambil mengangkat bajunya. Beliau memeluknya dan menciumnya. (HR.Tirmidzi 2732).
Asy-Sya'bi berkata: "Adalah para sahabat rasulullah apabila tiba dari safar mereka saling berpelukan".
19.Shalat dua rakaat ketika sampai
Termasuk sunnah pula bagi seorang musafir apabila telah tiba dari safar hendaklah shalat dua rakaat dahulu di masjid sebelum menemui keluarganya. Sebagai rasa syukur kepada Alloh atas keselamatannya tiba di rumah dan meneladani rasulullah.
Ka'ab bin Malik berkata: "Adalah rasulullah apabila tiba dari safar beliau mendatangi masjid dan shalat dua rakaat". (HR.Bukhari 4418, Muslim 2769).
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: "Selayaknya bagi seorang insan untuk menghidupkan sunnah ini. apabila dia telah sampai di negerinya maka hendaklah yang pertama dia datangi adalah masjid, shalat dua rakaat kemudian baru menemui keluarganya".
20.Syukuran ketika pulang dari safar
Termasuk sunnah pula bagi seorang musafir ketika telah sampai di negerinya untuk membuat makanan dengan mengundang teman-teman dan tetangga sebagai rasa syukurnya kepada Alloh. Terlebih lagi apabila safarnya adalah safar yang telah memakan waktu lama.
Jabir bin Abdillah berkata:

Ketika nabi tiba di madinah beliau menyembelih unta atau sapi. (HR.Bukhari 3089).
Adalah Ibnu Umar apabila tiba dari safar, beliau memberi makan orang yang datang kepadanya, dan perkara tersebut dianjurkan menurut para salaf.
HUKUM-HUKUM SEPUTAR SAFAR
I'lamul muwaqi'in 3 / 360


A. THAHARAH

B. SHALAT

C. PUASA

KEMUNGKARAN SAFAR
A. WANITA DAN SAFAR
Termasuk kemungkaran yang besar di dalam safar yang sudah kadung dianggap biasa adalah safarnya seorang wanita tanpa mahram. Ketahuilah, keharaman safar seorang wanita tanpa mahram adalah keharaman sangat tegas dalam syariat ini. Abdullah bin Abbas berkata: Aku mendengar rasulullah bersabda:

Janganlah seorang wanita safar kecuali dengan mahramnya. (HR.Bukhari 1862, Muslim 1341).
Rasulullah juga bersabda:

Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Alloh dan hari akhir untuk safar selama perjalanan tiga malam kecuali bersama mahramnya. (HR.Bukhari 1086,Muslim 1338).
Syaikh Ahmad Syakir mengatakan: "Hadits ini termasuk pokok yang agung dari pokok agama islam. Karena kandungannya bertujuan menjaga wanita dari kerusakan yang dapat menimpanya berupa kerusakan moral atau kehormatannya. Wanita itu lemah, mudah terpengaruh, bisa jadi akalnya dipermainkan hingga syahwatnya bisa terkalahkan".
Imam Ibnu Hazm berkata: "Hadits Ibnu Abbas Janganlah seorang wanita safar kecuali bersama mahramnya adalah umum mencakup semua safar. Kami sangat meyakini akan keharaman safar seorang wanita kecuali bersama suami atau mahramnya yang lain".
Faedah:
Seluruh safar walaupun berjarak dekat, maka wajib bagi seorang wanita untuk safar bersama mahramnya, kecuali pada empat keadaan:
Pertama: Apabila mahramnya meninggal di tengah jalan, dan dia telah meninggalkan negerinya sangat jauh.
Kedua: Apabila wanita itu wajib hijrah dan dia tidak punya mahram.
Ketiga: Apabila wanita berzina, kemudian dia hendak diasingkan sedangkan dia tidak punya mahram.
Keempat: Apabila seorang hakim meminta kehadirannya untuk memberi persaksian hukum, sedangkan dia tidak punya mahram dan berada di luar negeri.
B. SAFAR KE NEGERI KAFIR
Safar ke negeri kafir tidak diperbolehkan kecuali dengan tiga syarat:
Pertama: Orang yang hendak safar mempunyai ilmu sebagai benteng untuk menolak syubhat.
Kedua: Orang yang hendak safar mempunyai agama untuk menjaganya dari syahwat.
Ketiga: Safarnya karena kebutuhan.
Apabila tidak sempurna syarat-syarat ini maka tidak diperbolehkan safar ke negeri kafir, karena di dalamnya terdapat fitnah, menghamburkan-hamburkan harta, dan sudah dimaklumi bahwa orang yang safar ke negeri kafir akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Adapun apabila memang ada kebutuhan, seperti berobat, atau belajar ilmu yang tidak didapati di negerinya dan orang yang akan safar ini mempunyai ilmu dan agama maka hal itu tidak mengapa.
Akan tetapi apabila safarnya ke negeri kafir hanya untuk tamasya atau melancong maka hal ini bukanlah sebuah kebutuhan, karena dia masih bisa untuk tamasya ke negeri muslim yang penduduknya masih menjaga syiar-syiar islam.

DOA-DOA KETIKA SAFAR
1.Doa keluar rumah

Dengan menyebut nama Alloh, aku bertawakkal kepadaNya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dariNya. (HR.Abu Dawud 5095, Tirmidzi 3426, Nasai dalam al-Kubra 9917, Ibnu Hibban 819, Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami' 499).
2.Doa berpamitan kepada keluarga
Orang yang pergi hendaknya mengucapkan kepada yang ditinggalkan dengan doa:

Aku menitipkan kamu kepada Alloh yang tidak akan menyia-nyiakan barang yang dititipkan. (as-Shahihah 1/51).
Dan bagi orang yang melepas kepergian musafir hendaklah menjawab dengan doa:

Aku menitipkan agamamu, amanatmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Alloh. (HR.Abu Dawud 2601, Nasai dalam Amal Yaum wa Lailah 511, Ibnu Sunni 505, Hakim 2/97. Dishahihkan oleh Mundziri, Nawawi, al-Albani. Lihat as-Shahihah 15).
Atau boleh juga dengan doa:

Semoga Alloh menambah ketakwaanmu, mengampuni dosamu dan memudahkan kebaikan dimanapun kamu berada. (HR.Tirmidzi 3444, Hakim 2/97. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami' 3579).

0 komentar: