Rabu, 23 Desember 2009

SAMPAI KAPAN KELALAIAN INI?

Oleh Abu Abdillah Syahrul Fatwa Bin Luqman

Salah satu penyakit terburuk yang banyak menimpa manusia adalah kelalaian. Penyakit ini bila telah menyapa akan merusak seluruh jaringan tubuh. Jiwanya merasa males, hatinya menjadi beku, asyik dengan segala macam maksiat, lupa akan ibadah dan pengawasan Alloh. Jadilah dirinya terbuai dalam dunia yang fana, tujuan dan arah hidupnya hanya untuk dunia, hari-harinya dipenuhi dengan dosa, sehingga dirinya menjadi jauh dari Alloh. Tentu seorang muslim yang tertimpa penyakit ini harus segera bangkit, bertaubat dan memperbaiki diri, agar dia menjadi orang yang sukses dunia akherat. Amiin.

Waktu Akan Terus Berjalan
Sungguh Al-Qur’an dan Sunnah telah banyak berbicara tentang urgensi waktu. Alloh telah menyebutkan bahwa waktu adalah nikmat yang besar, ladang yang sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang sangat jelas. Alloh berfirman;

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS.al-Ashr: 1-3).
Dalam ayat ini Alloh bersumpah dengan masa, yang merupakan zaman untuk mencapai keberutungan dan amal soleh bagi seorang mukmin dan kerugian bagi orang yang berpaling. Di dalamnya terdapai pelajaran dan keajaiban bagi yang mau berfikir.
Waktu adalah sebuah pemberian dan nikmat Alloh yang besar, firmanNya;

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya). (QS.an-Nahl: 12).
Alloh berfirman pula;

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (QS.al-Furqon: 62).
Namun, ketahuilah wahai saudaraku seiman, waktu ini akan terus berjalan dan berganti, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun. Waktu hanyalah zaman yang singkat. Dia akan pergi dan tak akan kembali. Termasuk kebodohan kita terhadap urgensi waktu, kita merasa senang bila matahari telah tenggelam pada setiap harinya, padahal hal ini menunjukkan bahwa umur kita akan berkurang tidak akan kembali lagi!.
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku terhadap matahari yang telah tenggelam pada hari ini, usiaku berkurang akan tetapi amalanku tidak bertambah”.
Imam Hasan al-Bashri berkata: “Tidaklah berlalu sebuah hari bagi seorang anak adam kecuali hari itu akan berkata padanya; Hai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, dan apa yang engkau kerjakan untukku akan menjadi saksi. Apabila aku telah pergi, aku tak akan kembali lagi, kerjakanlah sesukamu dengan segera dan engkau akan menjumpainya di hadapanmu, dan akhirkanlah sesukamu maka dia tidak akan kembali kepadamu”.
Maka orang yang cerdas adalah yang mampu mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan, memanfaatkan sisa hidup yang ada dengan segala perkara yang bermanfaat, sebagai bekal menuju kampung yang abadi.
Umar bin Dzar berkata: “Aku membaca kitab Said bin Jubair, dia mengatakan; Ketahuilah, bahwa setiap hari yang seorang mukmin hidup di dalamnya adalah sebuah ghonimah”.

Hiasilah Hidup Anda Dengan Ketaatan
Apabila nafas tinggal sejengkal, kendaraan telah dipersiapkan, barang pinjaman telah dikembalikan dan tanah siap digali, maka tidak ada kecuali tinggal ajal yang siap menjemput. Sungguh sangat bodoh orang yang keadaannya semacam ini dia terlena dengan kenikmatan dunia, terbuai dengan syahwat. Bahkan dia menyia-nyiakan waktu yang tersisa hanya di depan TV, nonton video, sinetron atau main kartu, judi dan lain-lain dari kemaksiatan. Waktunya habis hanya untuk perkara yang tidak bermanfaat, habis untuk perkara sia-sia yang malah membuat dirinya tercebur dalam dosa. Bangkitlah segera dari kelalaian ini wahai saudaraku! Bersegeralah taubat sebelum ajal menjemput!, ingat engkau akan ditanya atas segala perbuatanmu selama di dunia. Rasulullah bersabda;

لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتىَّ يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ ؟ وَمَالَهُ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ ؟ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ ؟ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ


Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Robbnya hingga ditanya lima perkara; tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya dari mana di dapat dan kemana disalurkan, serta ilmunya apa yang ia perbuat. (HR.Tirmidzi: 2416 dll. Syaikh al-Albani menshohihkan hadits ini dalam as-Shohihah: 946).
Hasan al-Bashri berkata: “Termasuk tanda berpalingnya Alloh dari seorang hamba Dia akan menjadikan kesibukan hamba tersebut dalam perkara yang tidak bermanfaat, sebagai bentuk penghinaan terhadapnya”.
Saudaraku seiman, tidakkah engkau ingin bergabung bersama orang-orang yang sabar dalam ketaatan? Sampai kapankah engkau akan bergelimang dengan kelalaian dan maksiat ini? Apakah engkau akan menjadi budak hawa nafsu dan syahwat? Dengarkanlah firman Alloh berikut ini;

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS.al-Kahfi: 28).
Imam Ibnu Qudamah berkata: “Manfaatkanlah waktu hidupmu yang sangat berharga, jagalah waktumu yang mulia. Ketahuilah, bahwa masa hidupmu terbatas, nafasmu terbilang, setiap nafas akan mengurangi bagian umurmu, umur itu sangat singkat dan yang tersisa hanya sedikit, setiap bagian umurmu adalah mutiara yang sangat mahal, tidak ada tandingan dan penggantinya. Sesungguhnya dalam hidup yang singkat ini akan bermuara pada kenikmatan yang abadi atau adzab yang pedih. Maka janganlah engkau sia-siakan mutiara umurmu yang berharga dalam perkara yang bukan ketaatan”.
Thoifur al-Buthomi berkata: “Sesungguhnya malam dan siang adalah pangkal harta seorang muslim, keuntungannya adalah surga dan kerugiaannya adalah neraka”.
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Sesungguhnya tahun adalah ibarat sebuah pohon, dan bulan-bulan adalah akarnya sedangkan hari adalah rantingnya, jam adalah daunnya dan nafas adalah buahnya. Barangsiapa yang nafasnya untuk ketaatan, maka hasilnya adalah pohon yang baik, barangsiapa yang nafasnya dalam kemaksiatan maka hasilnya adalah hanzholah”.
Maka sungguh sangat merugi orang yang mendapat waktu sehat dan luang akan tetapi dia tidak dapat memanfaatkan secara maksimal. Kelalaian adalah pangkal dari segala kehancuran. Rasulullah bersabda;


نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ


Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya; nikmat sehat dan waktu luang. (HR.Bukhari: 6412).
Barangsiapa yang sehat badannya dan waktunya kosong dari kesibukan sementara dia tidak berusaha untuk menggapai kebaikan akherat, maka ibaratnya bagaikan orang yang tertipu dalam jual beli. Maksudnya, bahwa mayoritas manusia tidak bisa memanfaatkan waktu sehat dan luangnya dengan baik, bahkan mereka malah menggunakan waktu tersebut bukan pada tempatnya. Andaikan mereka bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan baik niscaya segala kebaikan akan mereka raih.
Umar bin Dzar berkata: “Beramallah untuk dirimu sendiri di dalam waktu malam ini, karena orang yang tertipu adalah orang yang terlelap dari kebaikan siang dan malam, orang yang demikian tidak mendapat kebaikan malam dan siang. Siang dan malam dijadikan sebagai jalan bagi orang yang beriman untuk taat kepada Robbnya, dan sebagai ujian bagi orang lain karena kelalaian mereka terhadap diri mereka sendiri. Maka manfaatkanlah berjalannya waktu , malam dan hari-hari”.
Sekali lagi, manfaatkanlah waktu hidupmu untuk ketaatan kepada Alloh, laksanakanlah perintahNya dan jauhilah laranganNya. Dunia adalah waktu yang singkat, dia ibarat sebuah perjalanan, segala sesuatu yang akan terjadi besok pasti dekat, akan terjadi dan akan berakhir, sebagaimana berlalunya hari, siang dan malam. Alloh berfirman;

Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS.an-Nuur: 44).

Dawud at-Thoii berkata: “Sesungguhnya malam dan siang adalah tingkatan yang akan dilalui manusia sedikit demi sedikit hingga dia akan bermuara pada akhir perjalanannya. Apabila engkau mampu mengumpulkan perbekalan pada setiap tingkatan itu maka kerjakanlah. Karena perjalanan ini akan terputus dengan segera. Ambillah bekalmu untuk perjalanan ini, tunaikan yang seharusnya engkau kerjakan, maka engkau akan memetik hasilnya”.

Alloh Selalu Mengawasimu
Jangan kira bahwa setiap amalan yang kita kerjakan lepas dari pengawasan Alloh. Tidaklah setiap langkah, gerak gerik dan lisan yang terucap kecuali Alloh mengetahuinya. Maka jangan anda merasa aman ketika berbuat maksiat! Sekalipun engkau sedang seorang diri, karena Alloh akan selalu mengawasi dan mengetahui segala yang terjadi di alam dunia ini. Alloh berfirman;

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.al-Hadid: 4).
Muhammad bin Ali at-Tirmidzi berkata: “Jadikanlah rasa diawasi kepada dzat yang tidak pernah hilang dari pandanganmu, dan jadikanlah rasa syukurmu kepada dzat yang nikmatnya tak akan terputus kepadamu”.
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Seorang hamba sejak menginjakkan kakinya di dunia ini maka dia ibaratnya orang yang sedang berjalan menuju Robbnya. Jarak safarnya adalah umurnya, malam dan siang adalah tingkatan, maka dia akan senantiasa menjalaninya hingga safarnya berakhir. Orang yang cerdas adalah yang selalu semangat untuk menempuh jarak safar ini dalam perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh hingga sampai ke negeri asalnya”.
Beliau berkata pula: “Memanfaatkan waktu adalah dengan menyibukkan diri dalam segenap kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Alloh atau segala sesuatu yang menunjang pendekatan diri kepada Alloh berupa makan, minum, nikah, tidur dan istirahat. Karena barangsiapa yang mengambil perkara diatas dengan niat agar kuat mengerjakan perkara yang Alloh cintai dan menjauhi perkara yang terlarang maka hal itu termasuk bentuk pemanfaatan waktu yang baik”.
Maka takutlah engkau wahai saudaraku kepada Alloh sesuai kadar kedekatan Alloh kepadamu, engkau tidak bisa keluar dari kekuasaan Alloh dan pengawasanNya. Agungkanlah Alloh dalam hatimu, jangan engkau melanggar aturan dan batasanNya, ingatlah hari-hari Alloh. Sungguh Alloh telah memerintahkan Nabi Musa agar memperingatkan Bani Isroil untuk mengingat hari-hari Alloh dan apa yang telah terjadi, dengan mengambil pelajaran dan hikmah dari kejadian tersebut. Alloh berfirman;

Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS.Ibrohim: 5).

Orang Yang Sukses Dunia Akherat
Wahai orang yang telah melalui hari-hari dan tahun, wahai orang yang terlelap tidur dan terbuai dengan kelalaian, orang yang tahun berganti tahun masih tetap tenggelam dalam lautan kesalahan, tidakkah engkau sadar dan bangkit dari ini semua?. Tidakkah engkau bangkit untuk memulai hidup baru dengan memperbaiki diri? Tidakkah engkau mendengar ayat-ayat Alloh? Perhatikanlah sejenak firman Alloh berikut ini;

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (QS.al-A’rof: 179).
Orang yang berbahagia dunia akherat adalah yang bersegera untuk bertaubat dan mulai memperbaiki dirinya dengan segera beramal soleh dan meninggalkan segala kemaksiatan. Dia berusaha untuk mengubah arah hidupnya, dari buruk menjadi baik, dari maksiat menjadi taat, dari lalai menjadi ingat. Hal ini bila memang menginginkan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, karena usaha perbaikan diri berawal dari diri pribadi sendiri. Alloh berfirman;

Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS.ar-Ro’du: 11).

Syumaith bin Ajlan berkata: “Manusia ada dua golongan; orang yang berbekal selama di dunia dan orang yang selalu merasakan kenikmatan dunia, maka lihatlah dirimu termasuk golongan yang mana. Aku melihat dirimu senang untuk hidup kekal di dunia, dengan alasan apa engkau senang hidup kekal di dunia? Jika engkau taat kepada Alloh, engkau memperbagusi ibadah kepadaNya, mendekatkan diri dengan amal soleh maka engkau orang yang beruntung. Ataukah engkau senang di dunia hanya untuk makan dan minum, bermain-main dan mengumpulkan dunia serta mengembangkannya kemudian memberi kesenangan untuk anak dan isterimu? Maka alangkah jeleknya tujuan hidup seperti itu.
Jika manusia tidak mengetahui kapan ajalnya menjemput, maka orang yang berbahagia adalah orang yang selalu persiapan untuk menyambut tamu yang agung ini dengan amal soleh dan istiqomah, bertaubat dan memperbaiki diri, sehingga dia menjadi orang yang beruntung di dunia dan akherat.
Imam Ibnul Jauzy berkata: “Selayaknya bagi orang yang yang tidak mengetahui kapan ajalnya datang untuk selalu bersiap, jangan tertipu dengan masa muda dan sehat”.
Maka orang yang berbahagia adalah yang selalu siap untuk berjumpa dengan Alloh, dia bersegera untuk taubat dan beramal soleh. Tidak bosan untuk intropeksi diri, dalam setiap jam, hari, bulan dan tahunnya, hingga kematian menjemput sedangkan dia dalam keadaan sadar dan sudah siap. Bittaufiq. Allohu A’lam.

QONA’AH

Oleh Abu Abdillah Syahrul Fatwa as-Salim

Persepsi kebanyakan orang bahwa tanda hidup bahagia adalah dengan melimpahnya harta dan segala kenikmatan duniawi. Namun, jika kita boleh jujur berkata; kebahagiaan itu tidak sebatas meraih kenikmatan yang lahir saja, ada sebuah kenikmatan yang banyak dilalaikan manusia, yaitu nikmat ketenangan hati, perasaan lapang dan jiwa yang tenang. Berikut ini adalah pembahasan seputar qona’ah, resep hidup bahagia yang jarang diketahui oleh banyak orang. Allohul Muwaffiq.

Makna Dan Hakekat Qona’ah
Imam Ibnu Faris mengatakan: Huruf Qoof, Nun dan Ain mempunyai dua makna yang shahih. Salah satu maknanya adalah menunjukkan penerimaan atas sesuatu. Sedangkan makna yang lain adalah menunjukkan sesuatu yang melingkar. (Mu’jam Maqoyis al-Lughoh hal.835).
Ibnu Sunni berkata: “Qona’ah adalah ridho terhadap pemberian”. (al-Qona’ah hal.40).
Imam Roghib al-Ashfahani mengatakan: “Qona’ah adalah merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit dari sesuatu yang dibutuhkan”. (al-Mufrodaat Fi Ghoriib al-Qur’an hal.414).
Imam Ali al-Jurjani berkata: “Qona’ah secara bahasa maknanya adalah ridho terhadap pemberian. Ada yang mengatakan bahwa qona’ah adalah mencukupi diri dari meminta”. (at-Ta’riifaat hal.179).
Imam Ibnu Hazm mengatakan: “Qona’ah adalah sifat yang utama, tersusun dari sifat dermawan dan adil”. (Mudawatun Nufus hal.145).
Imam al-Jahizh berkata: “Qona’ah adalah merasa cukup dari apa yang datang dalam kehidupan ini. Ridho dengan apa yang berjalan mudah dalam kehidupannya. Tidak bernafsu untuk meraup harta dan pangkat yang tinggi, padahal jiwanya ingin dan ada kecondongan untuk mengambilnya, akan tetapi dia malah menahan jiwanya untuk mengambil yang demikian, karena merasa cukup dengan sedikit yang ia dapat”. (Tahdzib al-Akhlak hal.22).
Maka dapat kita simpulkan bahwa qona’ah adalah engkau ridho dan menerima terhadap pemberian Alloh kepadamu dalam kehidupan dunia ini, baik sedikit atau banyak. Engkau menyerahkan urusanmu kepada Robbmu. Engkau mengetahui dengan yakin bahwa Alloh lebih tahu, lebih Penyayang terhadapmu daripada dirimu sendiri. (al-Qona’ah hal.18, Abdul Ilah bin Ibrohim Dawud).

Anjuran Qona’ah
Anjuran untuk berbuat qona’ah sangat banyak, tertuang dalam al-Qur’an dan Sunnah. Anjuran ini secara umum berupa isyarat dan makna yang jelas untuk senantiasa menerima apa adanya dan tidak meminta-minta. Merasa cukup dengan pemberian Alloh, tidak bernafsu untuk menimbun harta banyak, karena semua itu adalah kenikmatan semu yang akan punah. Berikut ini sebagian dalil-dalil anjuran qona’ah;
Alloh berfirman;

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS.al-Hajj: 36).
Alloh juga berfirman;

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. (QS.al-Baqoroh: 273).
Adapun hadits-hadits nabi diantaranya;
Dari Abdullah bin Amr bahwasanya nabi bersabda;
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan dan Alloh menjadikannya orang yang ridho terhadap apa yang diberikan padanya. (HR.Muslim: 1054).
Rasulullah juga pernah berkata kepada Abu Hurairoh
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ, كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ, وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ, وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا, وَأَحَسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا, وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
.
Wahai Abu Hurairoh, jadilah orang yang waro niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah. Jadilah orang yang qona’ah niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur. Cintailah manusia sebagaimana engkau mencintai untuk dirimu sendiri, niscaya engkau menjadi seorang mukmin. Perbagusilah pergaulan dengan tetanggamu niscaya engkau menjadi seorang muslim. Sedikitlah tertawa, karena banyak tertawa mematikan hati. (HR.Ibnu Majah: 4217. dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Shohihah: 930).
Rasulullah juga bersabda;
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Bukanlah yang dinamakan kaya dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kaya adalah yang kaya jiwanya. (HR.Bukhari: 6446, Muslim: 1051).
Imam an-Nawawi berkata: “Makna hadits ini bahwa kaya yang terpuji adalah yang kaya jiwanya, merasa cukup dan tidak bernafsu terhadap perhiasan dunia. Karena banyak harta akan mendorong semangat untuk terus bernafsu menambahi hartanya. Orang yang selalu meminta tambahan adalah orang yang tidak merasa cukup dengan apa yang dimiliki, maka orang yang seperti ini bukan orang yang kaya”. (Syarah Shohih Muslim 4/3).

Manfaat Qona’ah
1.Merasa cukup
Yaitu timbulnya perasaan jiwa yang selalu cukup terhadap pemberian Alloh. Rasulullah bersabda:
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ
Barangsiapa yang meminta kecukupan, maka Alloh akan mencukupinya. (HR.Bukhari: 1427, Muslim: 2471).
Rasulullah juga bersabda:
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
Terimalah apa yang Alloh berikan padamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya. (HR.Tirmidzi 2305, Ahmad 2/310. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah no.930).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Barangsiapa yang merasa cukup dengan pemberian Alloh, maka dia adalah orang yang kaya sejati, sekalipun hasil yang ia dapat sedikit. Bukanlah kaya itu dengan banyaknya harta benda, tetapi hakekat kaya adalah yang kaya hatinya. Dengan menjaga diri dari meminta-minta dan merasa cukup terhadap pemberian Alloh, maka sempurnalah kebahagiaan hidup bagi seorang hamba, mendapat nikmat duniawi dan qona’ah dengan apa yang Alloh berikan padanya”. (Bahjah Qulub al-Abror hal.73).

2.Sebab keberuntungan
Karena Rasulullah bersabda;
طُوبَى لِمَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنِعَ

Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk ke dalam agama Islam, kehidupannya tidak meminta-minta dan ridho terhadap pemberian. (HR.Tirmidzi: 2349, Hakim: 1/35, dishohihkan oleh syaikh al-Albani dalam as-shohihah: 1506).
Imam Ahmad bin Qudamah berkata: “Sudah selayaknya bagi orang yang tidak mendapat harta untuk bersifat qona’ah. Sedangkan bagi yang mendapatkan harta hendaknya digunakan dengan baik, dermawan dan mengutamakan orang lain”. (Minhajul Qoshidin hal.259-260).

3.Mendapat kecintaan Alloh dan Manusia
Karena orang yang juhud terhadap dunia dan juhud terhadap apa yang dimiliki manusia adalah sebuah kemuliaan, Rasulullah bersabda;
ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ
Berlaku zuhudlah di dunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku zuhudlah terha-dap apa yang dimiliki manusia, maka manusia akan mencintaimu. (Hadits hasan. Lihat takhrij lengkapnya dalam as-Shohihah: 944).
Sudah semestinya bagi orang yang hidupnya kekurangan untuk qona’ah, tidak tamak dan rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain. Tidak usah dipedulikan apa yang ada pada orang lain. Sebaliknya, bagi yang punya harta janganlah terlalu semangat dalam mencari harta, hendaknya dia mencukupi dan qona’ah sesuai kebutuhan yang doruri saja. Seperti makan, pakaian dan tempat tinggal. (Ihya Ulumuddin 3/2071).

4.Hati lapang dan bahagia
Bukanlah kebahagiaan itu dengan terwujudnya segala keinginan yang bersifat materi, bukan pula yang bersifat kelezatan atau menuruti hawa nafsu, akan tetapi kebahagiaan jiwa adalah dengan ridho dan qona’ah. (al-Qona’ah hal.88).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Lihatlah!, kebanyakan manusia mereka ditimpa penyakit bimbang, sedih dan selalu waswas, hatinya merasa sempit, kemudian dia baru menyadari betapa pentingnya sehat dari penyakit semacam ini, pemberian Alloh berupa kelapangan hati. Bahkan orang-orang yang miskin acapkali mengalahkan orang-orang kaya dalam nikmat semacam ini, yaitu nikmat qona’ah dan lapangnya hati”. (Bahjah Qulub al-Abror hal.46).

5.Termasuk ketakwaan
Ali bin Abi Tholib berkata: “Takwa adalah takut kepada Alloh, beramal sesuai dengan wahyu, qona’ah dengan yang sedikit dan selalu persiapan menghadapi hari pembalasan”. (al-Qona’ah hal.88).

Dalam Hal Apa Harus Qona’ah?
Pertanyaan ini mungkin menjadi tanda tanya bagi sebagian orang. Apakah qona’ah harus dalam segala aspek kehidupan sampai sekalipun masalah akherat dan ilmu? Ketahuilah, bahwa qona’ah itu hanya dalam perkara-perkara yang sifatnya akan punah dan hilang, yaitu perkara duniawi dengan segala macam kenikmatannya, bukan pada sesuatu yang kekal dan abadi, Berdasarkan sabda nabi yang berbunyi;
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Lihatlah kepada orang yang berada dibawahmu dan janganlah kalian melihat orang yang diatasmu. Karena hal itu akan lebih menjadikanmu tidak meremehkan nikmat Alloh. (HR.Muslim: 7619).
Hadits ini untuk perkara-perkara dunia, seperti harta, anak, isteri, tempat tinggal, kendaraan, bentuk tubuh, nasab, pangkat, pekerjaan, dan perkara dunia lainnya yang akan punah dan hilang.
Adapun dalam masalah ibadah, ilmu, akhlak dan perkara akherat adalah dengan melihat orang yang berada diatas kita, melihat orang yang rajin dalam ibadah, luas ilmunya dan istiqomah dalam agamanya.
Akan tetapi kebanyakan manusia pada zaman sekarang, dalam kehidupan dunia, mereka selalu merasa miskin, padahal Alloh telah memberikannya nikmat yang cukup, karena yang dia lihat adalah orang-orang yang diatasnya dalam masalah dunia!!, hal ini terjadi karena tidak adanya sifat qona’ah dalam diri, selalu merasa kurang dan tidak puas, tidak qona’ah, padahal qona’ah adalah kunci kebahagiaan hidup di dunia. Sebaliknya, dalam perkara akherat, manusia sangat mudah puas dalam beribadah, walaupun sedikit, tidak melihat orang yang lebih diatasnya!!.

Imam Ibnul Jauzy mengatakan: “Sebagian manusia ada yang ingin selalu megah dan enak dalam makanan, diantara mereka ada yang tidak terima jika hidup susah, sungguh sangat jauh orang yang menginginkan bagusnya agama dengan selalu meraih kelezatan”. (Shoidul Khotir hal.755).

Contoh Qona’ah Nabi Muhammad
1.Rasulullah pernah berdoa: “Ya Alloh berilah rizki kepada keluarga Muhammad berupa makanan pokok”. (HR.Bukhori: 6460, Muslim: 1055).

2.Aisyah berkata: “Sesungguhnya kami melihat hilal pergantian bulan dalam kurun waktu dua bulan, dan selama itu tidak ada api yang menyala di rumah Rasulullah (Tidak ada sesuatu yang dimasak), yang ada hanya air dan korma. Hanya saja kadang-kadang ada tetangga anshor yang memberikan susu, beliau minum dan memberi minum kepada kami”. (HR.Bukhari: 2428, Muslim: 2972).

3.Aisyah berkata: “Sungguh Rasulullah telah meninggalkan dunia, dan beliau tidak pernah kenyang sebanyak dua kali dari makan roti dan minyak dalam sehari”. (HR.Muslim: 2974).

Kiat-kiat Meraih Sifat Qona’ah
Ketahuilah terapi agar hidup bahagia dengan qona’ah terangkum dalam tiga perkara; sabar, punya ilmu dan beramal. Penjelasan yang lebih gamblang lagi bahwa kiat meraih sifat qona’ah adalah dengan perkara-perkara sebagai berikut ;
1.Hidup hemat
Barangsiapa yang ingin hidup qona’ah hendaklah dia mengerem jiwanya dari pengeluaran yang tidak berguna sebisa mungkin. Rasulullah bersabda;
ثَلاَثُ مُنْجِيَّاتٍ : خَشْيَةُ اللهِ فِيْ السِّرِّ وَ الْعَلاَنِيَّةِ وَ الْقَصْدُ فِيْ الفَقْرِ وَ الْغِنَى وَ اْلعَدْلُ فِيْ الغَضَبِ وَ الرِّضَا
Tiga perkara yang bisa menyelamatkan; takut kepada Alloh ketika sepi dan terang-terangan, hemat ketika kaya dan miskin, adil ketika marah dan ridho. (Hadits hasan. Lihat takhrij lengkapnya dalam as-Shohihah no.1802).

2.Jangan takut masa depan
Jika saat ini Alloh telah memberikan kepadamu kecukupan dalam harta, maka janganlah engkau takut dan khawatir terhadap masa depanmu. Jangan engkau terlalu berandai-andai nanti jika saya miskin, andai demikian dan demikian, yakinlah bahwa rizkimu tidak akan lari, kemudian sadarilah bahwa setan selalu menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan. Maka terimalah pemberian Alloh saat sekarang dengan lapang dada, merasa cukuplah dengan pemberian itu, tidak usah ngoyo memburu harta karena khawatir masa depan tidak dapat rizki, sadarilah hal ini wahai saudaraku.

3.Ketahuilah keutamaan qona’ah
Karena dengan demikian akan membendung nafsu terhadap dunia, dia akan menyadari bahwa mengejar dunia tanpa ada arahan adalah tercela.

4.Lihatlah orang yang lebih utama darimu
Hendaklah seorang muslim melihat kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yahudi dan nashoro, kenikmatan yang diraih oleh orang-orang bodoh, kemudian bandingkanlah dengan kenikmatan yang didapat oleh para nabi, rosul dan orang-orang sholih. Karena yang demikian akan memudahkan baginya untuk bersabar menerima yang sedikit, qona’ah terhadap pemberian.

5.Banyak harta banyak petaka
Hendaknya dipahami oleh setiap orang bahwa mengumpulkan banyak harta tidak selamanya baik. Bahkan kadangkala membawa petaka yang tidak disadari. Cukuplah pikirannya tersibukkan dengan harta yang tersimpan menjadi pelajaran agar kita qona’ah. Rasulullah bersabda;
إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَىْءٌ ، وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ ، فَخُذْهُ ، وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
Apa yang datang kepadamu sesuatu dari harta ini, dan engkau tidak tergantung dan tidak memintanya, maka ambillah. Dan apa yang tidak datang padamu, maka janganlah engkau selalu berharap dan terkait dengannya. (HR.Bukhari: 1473, Muslim: 1045).

6.Lihatlah orang yang dibawahmu
Yaitu orang yang dibawah kita dalam masalah dunia, karena yang demikian akan membawa rasa syukur kepada Alloh. Demikian pula lihatlah orang yang melebihi kita dalam masalah agama, agar termotifasi untuk meniru dan mengikutinya, bukan hanya mengejar harta saja.

7.Berdoalah kepada Alloh
Diantara doa yang diajarkan oleh nabi untuk meraih qona’ah adalah;
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
Ya Alloh, aku minta kepadamu petunjuk, ketakwaan, kesucian dan kecukupan. (HR.Muslim: 2721).
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “Doa ini termasuk doa yang banyak mengandung manfaat, terkandung di dalamnya kebaikan agama dan dunia (kesucian dan kecukupan). Terkandung di dalamnya agar merasa cukup dari apa yang ada pada manusia, tidak bergantung kepada mereka, merasa cukup dari pemberian Alloh berupa rizki. Tergapainya ketenangan hati karena selalu merasa cukup, yang dengannya akan sempurna kebahagiaan kehidupan dunia, dan ketenangan hati yaitu kehidupan yang baik”. (Bahjah Qulub al-Abror hal.73).

Mutiara Salaf Tentang Qona’ah
1.Adalah sahabat mulia Umar bin Khotthob sangat qona’ah, apabila beliau menginginkan sesuatu dia berusaha menahannya selama setahun. (al-Mustatrof hal.124).

2.Sa’ad bin Abi Waqqosh mengatakan: “Wahai anakku, apabila engkau meminta kecukupan, maka carilah dalam qona’ah, sesungguhnya dia adalah harta yang tak akan habis. Dan waspadalah engkau dari tamak, karena hal itu adalah kefakiran yang nyata”. (al-Mustathrof hal.124).

3.Ada yang bertanya kepada Abdul Wahid bin Zaid; “Kapan seseorang itu dianggap ridho dan menerima? Dia menjawab; “Apabila orang itu bergembira dengan musibah yang ia dapat sebagaimana bergembira ketika mendapat nikmat”. (al-Mustathrof hal.125).

4.Fudhail bin Iyadh berkata: “Barangsiapa yang ridho dengan pemberian Alloh kepadanya, maka Alloh akan memberkahi dalam pemberian tersebut”. (al-Mustathrof hal.125).

5.Bakar bin Abdullah al-Muzani mengatakan: “Cukup bagimu dari dunia ini engkau berbuat qona’ah di dalamnya sekalipun kehidupanmu hanya makan kurma, minum air, dan hidup dibawah tenda. Acapkali terbuka bagimu sesuatu dari dunia ini, maka jiwamu akan bertambah lelah dengannya”. (al-Qona’ah hal.40, Ibnu Abi Dunya, lihat pula Min Akhbar as-Salaf hal.155, Zakaria bin Ghulam al-Bakistani).

Ya Alloh, jadikanlah hati-hati kami hati yang qona’ah menerima pemberianMu, dan berkahilah pemberian tersebut. Berilah kami ganti yang lebih baik terhadap sesuatu yang luput dari kami di dunia ini. Amiin. Allohu A’lam.

Minggu, 20 Desember 2009

BILA WANITA SHALAT TARAWEH DI MASJID

Oleh Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman

Bulan Romadhan dan Shalat Taraweh
Shalat taraweh termasuk syiar Islam yang paling nampak pada bulan Romadhan. Karena shalat ini punya keistimewaan tersendiri bila dibandingkan pada bulan lainnya. Rasulullah bersabda;
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang mengerjakan shalat malam di bulan ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Alloh, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. (HR.Bukhari: 37, Muslim: 759).

Maka sudah sepantasnya bagi seluruh kaum muslimin untuk bersemangat mengerjakan shalat taraweh ini, dan hendaklah mengerjakan shalat taraweh berjama’ah bersama imam masjid, jangan pulang sebelum imam selesai, karena Rasulullah bersabda:
مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتىَّ يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Barangsiapa yang shalat malam bersama imam sampai selesai, ditulis baginya shalat sepanjang malam. (HR.Abu Dawud 4/248, Tirmidzi 3/520, Nasai 3/203, Ibnu Majah 1/420. Dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa' no.447).

Hukum Wanita Shalat Berjama’ah Di Masjid
Setelah kita memahami bahwa shalat taraweh hendaknya dikerjakan berjama’ah di masjid, apakah hukum ini berlaku pula bagi wanita? Ataukah wanita lebih afdholnya shalat di rumahnya masing-masing?. Ketahuilah, Islam telah mengizinkan bagi para wanita muslimah untuk pergi ke masjid dan shalat berjama’ah bersama manusia. Akan tetapi, Islam menganjurkan pula agar para wanita shalat di dalam rumahnya, bahkan shalatnya wanita di dalam rumah lebih afdhol dan lebih terjaga dari fitnah.
Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah bersabda;
لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ
Janganlah kalian melarang isteri-isteri kalian untuk (shalat berjama’ah) di masjid, akan tetapi rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka. (HR.Abu Dawud: 567, Ahmad 9/337. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud: 567).
Dari Ummu Humaid as-Sa’diyyah sesungguhnya dia datang menemui Rasulullah lalu berkata;
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى أُحِبُّ الصَّلاَةَ مَعَكَ. قَالَ « قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ مَعِى وَصَلاَتُكِ فِى بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى حُجْرَتِكِ وَصَلاَتُكِ فِى حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِى دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِى دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِى
Wahai Rasulullah sesungguhnya saya ingin shalat berjama’ah bersamamu. Rasulullah menjawab; “Saya tahu bahwa kamu ingin shalat bersamaku, akan tetapi shalatmu di kamar yang khusus bagimu adalah lebih baik daripada kamu shalat di bagian lain dari rumahmu, dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada kamu shalat di masjid kampungmu, sedang shalatmu di masjid kampungmu lebih baik daripada kamu shalat di masjidku ini. (HR.Ahmad 45/37, Ibnu Khuzaimah 3/95. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dalam Fathul Bari 2/350).
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sebab mengapa shalatnya wanita di kamar khusus lebih utama karena hal itu lebih aman dan terjaga dari fitnah. Dan hal ini lebih ditekankan lagi ketika keadaan para wanita mulai berani tabarruj dan menampakkan perhiasan mereka”. (Fathul Bari 2/350).

Maka apabila seorang wanita meminta izin untuk shalat berjama’ah di masjid, baik untuk shalat wajib atau shalat taraweh, hendaknya bagi para suami atau wali yang bersangkutan memberikan izin kepada mereka. Rasulullah bersabda;
إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ
Apabila isteri kalian meminta izin pada malam hari untuk pergi shalat berjama’ah di masjid, maka izinkanlah. (HR.Bukhari: 827, Muslim: 442).

Syarat Bolehnya Wanita Pergi Ke Masjid
Bolehnya wanita pergi ke masjid untuk shalat berjama’ah disyaratkan bila mereka memenuhi syarat-syarat yang telah di gariskan oleh agama Islam ini. Syarat-syarat yang bersumber dari hadits-hadits nabi yang banyak ; diantaranya adalah;
Pertama: Tidak memakai wangi-wangian
Karena Rasulullah bersabda;
إِذَا شَهِدَتْ إِحْدَاكُنَّ الْمَسْجِدَ فَلاَ تَمَسَّ طِيبًا
Apabila salah seorang wanita shalat berjama’ah di masjid, maka janganlah memakai wewangian. (HR.Muslim: 443).

Kedua: Menundukkan pandangan
Sebagaimana perintah Alloh kepada seluruh wanita muslimah untuk menundukkan pandangan, tidak boleh bagi wanita melihat laki-laki yang tidak halal. Alloh berfirman;

Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya. (QS.an-Nuur: 31).
Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Yaitu dilarang bagi para wanita untuk melihat sesuatu yang haram bagi mereka, dengan melihat laki-laki yang bukan suami mereka. Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwasanya tidak boleh bagi seorang wanita melihat lelaki asing dengan syahwat atau tidak dengan syahwat sama sekali”. (Tafsir Ibnu Katsir 6/46).

Ketiga: Aman dari gangguan
Hendaknya jalan menuju masjid yang akan dilewati aman dari segala gangguan dan fitnah. Apabila jalan yang akan dilewati penuh dengan orang-orang yang tidak beres, yang akan mengganggu setiap wanita yang lewat, maka tidak boleh bagi wanita keluar ke masjid, demi menjaga diri dari kerusakan dan fitnah.

Keempat: Memakai pakaian syar’I secara sempurna
Yaitu pakaian yang menutup rapat seluruh tubuh mereka, lebar dan tidak ketat. Tidak membuat fitnah orang yang melihatnya. Jika para wanita melanggar syarat ini dengan berpakaian yang tidak sesuai aturan, maka bukan pahala yang mereka dapat!, melainkan dosa dan kerugian belaka!.

Kelima: Tidak boleh campur baur
Yaitu tidak boleh bercampur baur antara laki-laki dan wanita, tidak ketika di masjid tidak pula ketika di jalan-jalan. Tidak boleh bagi wanita memilih shof yang dekat dengan shof laki-laki, atau sengaja dekat dengan tempat laki-laki, akan tetapi hendaknya menjauh dari tempat shalat lelaki. Rasulullah bersabda;
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
Sebaik-baiknya shof lelaki adalah yang paling pertama dan yang paling jelek adalah yang paling terakhir. Dan sebaik-baiknya shof wanita adalah yang paling terakhir dan yang paling jelek adalah yang paling depan. (HR.Muslim: 440).

Keenam: Tidak mengeraskan suara
Hendaknya para wanita muslimah tidak mengeraskan suara mereka ketika telah berada di dalam masjid. Baik ketika membaca al-qur’an, mengaminkan imam atau mengingatkan imam ketika lupa.

Ketujuh: Tinggalkan obrolan dan ghibah
Termasuk kebiasaan jelek yang sering dikerjakan oleh kaum wanita ketika sedang berada di masjid adalah obrolan yang tidak bermanfaat. Membicarakan resep menu buka puasa atau harga sembako!! Yang lebih parah lagi adalah menggunjing saudaranya muslimah, padahal dia sedang berada di tempat ibadah yang mulia!. Jauhkan dan tinggalkanlah perkara ini wahai saudaraku muslimah, agar pahala shalat tarawehmu menjadi sempurna dan tidak terhapus sia-sia belaka.

Kedelapan: Segera keluar setelah selesai shalat
Apabila shalat telah selesai, maka hendaknya bagi seluruh wanita muslimah untuk segera keluar masjid sebelum laki-laki bubar, agar tidak terjadi campur baur dan saling berdesakan di pintu masjid dan di jalan-jalan.
Ummu Salamah berkata:
كَانَ إِذَا سَلَّمَ يَمْكُثُ فِى مَكَانِهِ يَسِيرًا
Adalah Nabi apabila selesai salam dari shalatnya beliau diam sejenak di tempatnya.
Ibnu Syihab berkata: Kami berpandangan bahwa hal itu agar para wanita segera keluar sebelum berpapasan dengan laki-laki. (HR.Bukhari: 802).
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini menunjukkan agar seorang imam masjid memperhatikan keadaan makmumnya, berhati-hati dalam menjauhi perkara yang bisa menimbulkan bahaya. Di dalam hadits ini pula terdapat larangan bercampur baurnya kaum lelaki dengan wanita di jalan-jalan, apalagi di rumah, dan juga hadits ini menunjukkan bahwa wanita zaman dahulu mereka hadir di masjid”. (Fathul Bari 2/336).

Maka wajib bagi seluruh wanita muslimah untuk berpijak pada aturan dan batasan-batasan agama. Hendaknya mereka memahami dengan yakin bahwa yang memerintahkan mereka shalat dan membolehkan keluar ke masjid untuk shalat berjama’ah dia adalah yang memerintahkan pula untuk berpakaian secara syar’I, memerintahkan untuk punya rasa malu dan menjaga kehormatan diri, maka bagaimana mungkin bagi para wanita hanya taat pada perkara yang pertama akan tetapi melanggar perkara yang kedua??! Bagaimana mungkin mereka akan mendapat pahala dengan tetap menerjang keharaman Alloh? Bagaimana bisa mereka mengerjakan sesuatu yang boleh sementara sarananya haram? Paling minimalnya shalat berjama’ah yang mereka kerjakan pahalanya akan berkurang!!. Allohul Musta’an.

Permasalahan Wanita Seputar Shalat Taraweh
1.Bawa Anak Ketika Shalat?
Membawa anak yang masih kecil atau masih dalam susuan ketika shalat berjama’ah disyaratkan bila anak tersebut tidak mengganggu dan tidak membuat kegaduhan di masjid. Bila si kecil sering rewel dan menangis, maka hendaknya bagi para wanita untuk tetap shalat di rumah saja. Karena selain shalat di dalam rumah lebih utama juga demi tidak mengganggu jama’ah shalat lainnya. Wallohu A’lam

2.Ingin Shalat Tahajud Setelah Shalat Taraweh
Apabila wanita muslimah ingin shalat tahajud di waktu malam, padahal dirinya telah shalat taraweh berjama’ah di masjid, maka tidak mengapa dia shalat tahajud semampunya akan tetapi tidak boleh shalat witir lagi. Cukup baginya shalat witir yang telah ia kerjakan bersama imam ketika taraweh di awal malam. Rasulullah bersabda;
لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ
Tidak ada dua shalat witir dalam satu malam. (HR.Abu Dawud: 1439, Tirmidzi: 470, Nasai: 1678, Ahmad 4/23. dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud: 1293).
Adapun hadits yang berbunyi;
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Jadikanlah shalat witir sebagai akhir shalat malam kalian. (HR.Bukhari: 998, Muslim: 751).
Hadits ini dibawa ketika orang shalat malam dan dia belum shalat witir. Dan perintah untuk menjadikan shalat witir sebagai akhir shalat malam hanya menunjukkan sunnah tidak sampai wajib. Tidak harus menutup shalat malam dengan shalat witir, jika memang dia telah mengerjakan shalat witir pada awal malamnya. Karena Rasulullah sendiri pernah shalat malam ketika beliau telah mengerjakan shalat witir.

Imam Abu Dawud pernah bertanya kepada Imam Ahmad tentang masalah ini; apakah witir batal jika ia shalat malam lagi? Imam Ahmad menjawab: Tidak. Abu Dawud berkata: Aku pernah mendengar imam Ahmad berkata tentang orang yang sudah shalat witir di awal malam kemudian dia bangun malam shalat lagi? Imam Ahmad menjawab: hendaknya dia shalat dua rakaat, ada yang bertanya; apakah tidak ada shalat witirnya? Imam Ahmad menjawab: tidak ada. Abu Dawud juga berkata: Aku pernah mendengar imam Ahmad ditanya tentang orang yang sudah shalat witir kemudian dia shalat lagi setelahnya dua rakaat? Imam Ahmad menjawab; Ya, akan tetapi setelah shalat witir diselingi tidur (baru shalat lagi-pen). Wallohu A’lam.







Sabtu, 19 Desember 2009

MUHARROM BULAN KERAMAT?

Oleh: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman


Sebagian masyarakat masih meyakini bila bulan Muharrom tiba, maka pertanda telah datang bulan yang penuh keramat. Diantara mereka sampai takut jika menikahkan putrinya pada bulan ini karena sugesti keyakinan tersebut. Perkara ini kelihatannya sepele namun kenyataannya tidak demikian, lantaran sudah masuk dalam wilayah syirik, sedangkan syirik adalah dosa yang terbesar. Namun, benarkah bahwa bulan Muharrom bulan keramat? Adakah amalan khusus pada bulan ini? cermati ulasan berikut. Wallohul Muwaffiq

BULAN MUHARROM DALAM PANDANGAN ISLAM
Bulan Muharrom atau dalam istilah jawa dikenal dengan nama bulan suro adalah bulan Alloh yang sangat agung. Dia adalah bulan pertama dalam kalender Islam, termasuk bulan-bulan harom. Alloh berfirman:

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS.at-Taubah: 36).
Dari Abu Bakroh dari Nabi bahwasanya dia bersabda:
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Satu tahun itu dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan harom. Tiga bulan berturut-turut; Dzul qo’dah, Dzulhijjah dan Muharrom. Satunya lagi adalah bulan Rajab yang terleletak antara bulan Jumada Tsani dan Sya’ban.
Hasan al-Bashri berkata: “Sesungguhnya Alloh membuka awal tahun dengan bulan harom, dan menutup akhir tahun dengan bulan harom pula. Tidak ada bulan yang lebih agung di sisi Alloh setelah Romadhon dibandingkan bulan Muharrom”.
Keangungan bulan ini bertambah mulia dengan penyandaran bulan ini kepada Alloh. Nabi menyebutkan bulan Muharrom dengan nama Syahrulloh (bulan Alloh). Rasulullah bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada Syahrulloh al-Muharrom.
Al-Hafizh Ibnu Rojab mengatakan: “Nabi memberi nama Muharom dengan Syahrulloh. Penyandaran bulan ini kepada Alloh menunjukkan kemuliaan dan keutamaannya. Karena Alloh tidak akan menyandarkan sesuatu kepada dirinya kecuali pada makhluknya yang khusus”.
Demikianlah kemuliaan dan keagungan bulan Muharrom menurut pandangan Islam. Lantas, atas dasar apakah keyakinan sebagian orang bahwa Muharrom adalah bulan keramat? Ataukah hal ini hanya sebuah khurafat ala jahiliyyah yang masih mengurat dalam hati??!

AMALAN SUNNAH DI BULAN MUHARROM
Mendapati bulan Muharrom merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang mukmin. Karena bulan ini sarat dengan pahala dan ladang beramal bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan hari esoknya. Memulai awal tahun dengan ketaatan, agar pasti dalam melangkah dan menatap masa depan dengan optimis.
Abu Utsman an-Nahdi mengatakan: "Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama: Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram”. Berikut ini amalan-amalan sunnah yang dianjurkan pada bulan ini:
1. Puasa
Rasulullah bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Alloh al-Muharrom.
Hadits ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunnah yang paling afdhol setelah Ramadhon adalah puasa pada bulan Muharrom. Maksud puasa disini adalah puasa secara mutlak. Memperbanyak puasa sunnah pada bulan ini, utamanya ketika hari A’syuro sebagaimana akan datang penjelasannya sebentar lagi. Akan tetapi perlu diingat tidak boleh berpuasa pada seluruh hari bulan Muharrom, karena Rasulullah tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Ramadhan saja.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini adalah puasa yang paling afdhol bagi orang yang hanya berpuasa pada bulan ini saja, sedangkan bagi yang terbiasa berpuasa terus pada bulan lainnya yang afdhol adalah puasa dawud”.
2. Memperbanyak amalan shalih
Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. Bagi yang beramal solih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Alloh kepada para hambanya.
Ini adalah keutamaan yang besar, kebaikan yang banyak, tidak bisa dikiaskan. Sesungguhnya Alloh adalah pemberi nikmat, pemberi keutamaan sesuai kehendaknya dan kepada siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada yang dapat menentang hukumnya dan tidak ada yang yang dapat menolak keutamaanNya.
3. Taubat
Taubat adalah kembali kepada Alloh dari perkara yang Dia benci secara lahir dan batin menuju kepada perkara yang Dia senangi. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Taubat adalah tugas seumur hidup.
Maka kewajiban bagi seorang muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menjemput. Dan juga perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Alloh .

SEJARAH PUASA ‘ASYURO
‘Asyuro adalah hari kesepuluh pada bulan Muharrom . Dia adalah hari yang mulia. Menyimpan sejarah yang mendalam, tak bisa dilupakan.
Ibnu Abbas berkata:
“Nabi tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari dimana Alloh telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Alloh. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa.
Nabi dalam berpuasa ‘Asyuro mengalami empat fase ;
Fase pertama: Beliau berpuasa di Mekkah dan tidak memerintahkan manusia untuk berpuasa.
Aisyah menuturkan: “Dahulu orang Quraisy berpuasa A’syuro pada masa jahiliyyah. Dan Nabi-pun berpuasa ‘Asyuro pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap puasa ‘Asyuro dan memerintahkan manusia juga untuk berpuasa. Ketika puasa Ramadhon telah diwajibkan, beliau berkata: “Bagi yang hendak puasa silakan, bagi yang tidak puasa, juga tidak mengapa”.
Fase kedua: Tatkala beliau datang di Madinah dan mengetahui bahwa orang Yahudi puasa ‘Asyuro, beliau juga berpuasa dan memerintahkan manusia agar puasa. Sebagaimana keterangan Ibnu Abbas di muka. Bahkan Rasulullah menguatkan perintahnya dan sangat menganjurkan sekali, sampai-sampai para sahabat melatih anak-anak mereka untuk puasa ‘Asyuro.
Fase ketiga: Setelah diturunkannya kewajiban puasa Ramadhon, beliau tidak lagi memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa A’syuro, dan juga tidak melarang, dan membiarkan perkaranya menjadi sunnah sebagaimana hadits Aisyah yang telah lalu.
Fase keempat: Pada akhir hayatnya, Nabi bertekad untuk tidak hanya puasa pada hari A’syuro saja, namun juga menyertakan hari tanggal 9 A’syuro agar berbeda dengan puasanya orang Yahudi.
Ibnu Abbas berkata: “Ketika Nabi puasa A’syuro dan beliau juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata: “Wahai Rasululloh, hari Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashoro!! Maka Rasululloh berkata: “Kalau begitu, tahun depan Insya Alloh kita puasa bersama tanggal sembelilannya juga”. Ibnu Abbas berkata: “Belum sampai tahun depan, beliau sudah wafat terlebih dahulu”.

KEUTAMAAN PUASA ‘ASYURO
Hari ‘Asyuro adalah hari yang mulia, kedudukannya sangat agung. Ada keutamaan yang sangat besar.
Imam al-Izz bin Abdus Salam berkata: “Keutamaan waktu dan tempat ada dua bentuk; Bentuk pertama adalah bersifat duniawi dan bentuk kedua adalah bersifat agama. Keutamaan yang bersifat agama adalah kembali pada kemurahan Alloh untuk para hambanya dengan cara melebihkan pahala bagi yang beramal. Seperti keutamaan puasa Ramadhon atas seluruh puasa pada bulan yang lain, demikian pula seperti hari ‘Asyuro. Keutamaan ini kembali pada kemurahan dan kebaikan Alloh bagi para hambanya di dalam waktu dan tempat tersebut”. Diantara keutamaan puasa ‘Asyuro adalah;
1. Menghapus dosa satu tahun yang lalu
Rasululloh bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Puasa ‘Asyuro aku memohon kepada Alloh agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.
Imam an-Nawawi berkata: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”.
2. Nabi sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari itu
Ibnu Abbas berkata:
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
Aku tidak pernah melihat Nabi benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyuro dan puasa bulan Ramadhon.
3. Hari dimana Alloh menyelamatkan Bani Isroil
Ibnu Abbas berkata: “Nabi tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari dimana Alloh telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Alloh. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa juga”.
4. Puasa ‘Asyuro dahulu diwajibkan
Dahulu puasa ‘Asyuro diwajibkan sebelum turunnya kewajiban puasa Romadhon. Hal ini menujukkan keutamaan puasa ‘Asyuro pada awal perkaranya.
Ibnu Umar berkata: “Nabi dahulu puasa ‘Asyuro dan memerintahkan manusia agar berpuasa pula. Ketika turun kewajiban puasa Romadhon, puasa ‘Asyuro ditinggalkan”.
5. Jatuh pada bulan haram
Nabi bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Alloh al-Muharrom.

BAGAIMANA CARA BERPUASA ‘ASYURO?
Puasa ‘Asyuro ada tiga tingkatan yang bisa dikerjakan;
Pertama: Berpuasa sebelum dan sesudahnya. Yaitu tanggal 9-10-11 Muharrom. Dan inilah yang paling sempurna.
Kedua: Berpuasa pada tanggal 9 dan 10, dan inilah yang paling banyak ditunjukkan dalam hadits.
Ketiga: Berpuasa pada tanggal 10 saja .
Adapun berpuasa hanya tanggal 9 saja tidak ada asalnya. Keliru dan kurang teliti dalam memahami hadits-hadits yang ada.
Berkaitan dengan cara pertama, yaitu berpuasa tiga hari (9-10-11) para ulama melemahkan hadits Ibnu Abbas yang menjadi sandarannya. Namun demikian, pengamalannya tetap dibenarkan oleh para ulama , dengan alasan sebagai berikut ;
Pertama: Sebagai kehati-hatian. Karena bulan Dzulhijjah bisa 29 atau 30 hari. Apabila tidak diketahui penetapan awal bulan dengan tepat, maka berpuasa pada tanggal 11-nya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapati puasa Tasu’a (tanggal 9) dan puasa ‘Asyuro (tanggal 10).
Kedua: Dia akan mendapat pahala puasa tiga hari dalam sebulan, sehingga baginya pahala puasa sebulan penuh.
Ketiga: Dia akan berpuasa tiga hari pada bulan Muharrom yang mana nabi telah mengatakan;
Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Alloh al-Muharrom.
Keempat: Tercapai tujuan dalam menyelisihi orang Yahudi, tidak hanya puasa ‘Asyuro, akan tetapi menyertakan hari lainnya juga . Allohu A’lam.

Faedah: Bila ‘Asyuro jatuh pada hari jum’at atau sabtu?
Ada hadits-hadits yang berisi larangan menyendirikan puasa jum'at dan larangan puasa sabtu kecuali puasa yang wajib. Apakah larangan ini tetap berlaku ketika hari ‘Asyuro jatuh pada hari jum'at atau sabtu?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: "Adapun bagi orang yang tidak menyengaja untuk puasa karena hari jum'at atau sabtu, seperti orang yang puasa sehari sebelum dan sesudahnya atau kebiasaannya adalah puasa sehari dan berbuka sehari, maka boleh baginya puasa jum'at walaupun sebelum dan sesudahnya tidak puasa, atau dia ingin puasa Arafah atau ‘Asyuraa' yang jatuh pada hari jum'at, maka tidaklah dilarang, karena larangan itu hanya bagi orang yang sengaja ingin mengkhususkan (hari jum'at dan sabtu tanpa sebab-pen).

BID’AH-BID’AH DI BULAN MUHARROM

1. Keyakinan bahwa bulan Muharrom bulan keramat
Keyakinan semacam ini masih bercokol pada sebagian masyarakat. Atas dasar keyakinan ala jahiliyyah inilah banyak di kalangan masyarakat yang enggan menikahkan putrinya pada bulan ini karena alasan akan membawa sial dan kegagalan dalam berumah tangga !!. Ketahuilah saudaraku, hal ini adalah keyakinan jahiliyyah yang telah dibatalkan oleh Islam. Kesialan tidak ada sangkut pautnya dengan bulan, baik Muharrom, Shafar atau bulan-bulan lainnya.

2. Doa awal dan akhir tahun
Syaikh Bakr Bin Abdillah Abu Zaid berkata: “Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun doa’ atau dzikir untuk awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa do’a, dzikir atau tukar menukar ucapan selamat, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharrom dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali!!”.

3. Peringatan tahun baru hijriyyah
Tidak ragu lagi perkara ini termasuk bid’ah. Tidak ada keterangan dalam as-Sunnah anjuran mengadakan peringatan tahun baru hijriyyah. Perkara ini termasuk bid’ah yang jelek.

4. Puasa awal tahun baru hijriyyah
Perkara ini termasuk bid’ah yang mungkar. Demikian pula puasa akhir tahun, termasuk bid’ah. Hanya dibuat-buat yang tidak berpijak pada dalil sama sekali!. Barangkali mereka berdalil dengan sebuah hadits yang berbunyi;
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ, وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ, فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبَلَةَ بِصَوْمٍ, جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَّارَةً خَمْسِيْنَ سَنَةً
Barangsiapa yang puasa pada akhir hari Dzulhijjah dan puasa awal tahun pada bulan Muharrom, maka dia telah menutup akhir tahun dengan puasa dan membuka awal tahunnya dengan puasa. Semoga Alloh manghapuskan dosanya selama lima puluh tahun!!”. Hadits ini adalah hadits yang palsu menurut timbangan para ahli hadits.

5. Menghidupkan malam pertama bulan muharrom
Syaikh Abu Syamah berkata: “Tidak ada keutamaan sama sekali pada malam pertama bulan Muharrom. Aku sudah meneliti atsar-atsar yang shahih maupun yang lemah dalam masalah ini. Bahkan dalam hadits-hadits yang palsu juga tidak disebutkan!!, aku khawatir -aku berlindung kepada Alloh- bahwa perkara ini hanya muncul dari seorang pendusta yang membuat-buat hadits!!.

6. Menghidupkan malam hari ‘Asyuro
Sangat banyak sekali kemungkaran dan bid’ah-bid’ah yang dibuat pada hari ‘Asyuro . Kita mulai dari malam harinya. Banyak manusia yang menghidupkan malam hari ‘Asyuro, baik dengan shalat, do’a dan dzikir atau sekedar berkumpul-kumpul. Perkara ini jelas tidak ada tuntunan yang menganjurkannya.
Syaikh Bakr Abu Zaid berkata: “Termasuk bentuk bid’ah dzikir dan doa adalah menghidupkan malam hari ‘Asyuro dengan dzikir dan ibadah. Mengkhususkan do’a pada malam hari ini dengan nama do’a hari Asyuro, yang konon katanya barangsiapa yang membaca doa ini tidak akan mati tahun tersebut. Atau membaca surat al-Qur’an yang disebutkan nama Musa pada shalat subuh hari ‘Asyuro . Semua ini adalah perkara yang tidak dikehendaki oleh Alloh, Rasul-Nya dan kaum mukminin!!”.

7. Shalat ‘Asyuro
Shalat ‘Asyuro adalah shalat yang dikerjakan antara waktu zhuhur dan ashar, empat rakaat, setiap rakaat membaca al-Fatihah sekali, kemudian membaca ayat kursi sepuluh kali, Qul Huwallohu Ahad sepuluh kali, al-Falaq dan an-Nas lima kali. Apabila selesai salam, istighfar tujuh puluh kali. Orang-orang yang menganjurkan shalat ini dasarnya hanyalah sebuah hadits palsu!!
As-Syuqoiry berkata: “Hadits shalat ‘Asyuro adalah hadits palsu. Para perowinya majhul, sebagaimana disebutkan oleh as-Suyuti dalam al-Aala’I al-Mashnu’ah. Tidak boleh meriwayatkan hadits ini, lebih-lebih sampai mengamalkannya!!”.

8. Do’a hari ‘Asyuro
Diantara contoh do’a ‘Asyuro adalah; “Barangsiapa yang mengucapkan Hasbiyalloh wa Ni’mal Wakil an-Nashir sebanyak tujuh puluh kali pada hari ‘Asyuro maka Alloh akan menjaganya dari kejelekan pada hari itu”.
Doa ini tidak ada asalnya dari Nabi, para sahabat maupun para tabi’in. Tidak disebutkan dalam hadits-hadits yang lemah apalagi hadits yang shahih. Do’a ini hanya berasal dari ucapan sebagian manusia!!. Bahkan sebagian syaikh sufi ada yang berlebihan bahwa barangsiapa yang membaca doa ini pada hari ‘Asyuro dia tidak akan mati pada tahun tersebut!!. Ucapan ini jelas batil dan mungkar, karena Alloh telah berfirman:

Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui. (QS.Nuh: 4)

9. Memperingati hari kematian Husein
Pada bulan Muharram, kelompok Syi’ah setiap tahunnya mengadakan upacara kesedihan dan ratapan dengan berdemontrasi ke jalan-jalan dan lapangan, memakai pakaian serba hitam untuk mengenang gugurnya Husain. Mereka juga memukuli pipi mereka sendiri, dada dan punggung mereka, menyobek saku, menangis berteriak histeris dengan menyebut: Ya Husain. Ya Husain!!!”
Lebih-lebih pada tanggal 10 Muharram, mereka lakukan lebih dari itu, mereka memukuli diri sendiri dengan cemeti dan pedang sehingga berlumuran darah!!! Anehnya, mereka menganggap semua itu merupakan amalan ibadah dan syi’ar Islam!! Hanya kepada Allah kita mengadu semua ini .
Alangkah bagusnya ucapan al-Hafizh Ibnu Rojab: “Adapun menjadikan hari asyuro sebagai hari kesedihan/ratapan sebagaimana dilakukan oleh kaum Rofidhah karena terbunuhnya Husain bin Ali, maka hal itu termasuk perbuatan orang yang tersesat usahanya dalama kehidupan dunia sedangkan dia mengira berbuat baik. Allah dan rasulNya saja tidak pernah memerintahkan agar hari mushibah dan kematian para Nabi dijadikan ratapan, lantas bagaimana dengan orang yang selain mereka?!”.
Husein bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu Rasulullah dari perkawinan Ali bin Abi Thalib dengan putrinya Fatimah binti Rasulullah. Husein sangat dicintai oleh Rasulullah. Beliau bersabda:
حُسَيْنٌ مِنِّي وَأَنَا مِنْ حُسَيْنٍ أَحَبَّ اللَّهُ مَنْ أَحَبَّ حُسَيْنًا حُسَيْنٌ سِبْطٌ مِنَ اْلأَسْبَاطِ
Husein adalah bagianku juga dan Aku adalah bagian Husein. Semoga Alloh mencintai orang yang mencintai Husein. Husein termasuk cucu keturunanku.
Husein terbunuh pada peristiwa yang sangat tragis, yaitu pada tanggal 10 Muharrom tahun 61 H, di sebuah tempat bernama Karbala, karenanya peristiwa ini kemudian lebih dikenal dengan peristiwa Karbala.
Namun, apapun musibah yang terjadi dan betapapun kita sangat mencintai keluarga Rasulullah bukan alasan untuk bertindak melanggar aturan syariat dengan memperingati hari kematian Husein!!. Sebab, peristiwa terbunuhnya orang yang dicintai Rasulullah sebelum Husein juga pernah terjadi seperti terbunuhnya Hamzah bin Abdil Muthollib, dan hal itu tidak menjadikan Rasulullah dan para sahabatnya mengenang atau memperingati hari peristiwa tersebut, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Syi’ah untuk mengenang terbunuhnya Husein!!.

10. Peringatan hari suka cita
Yang dimaksud hari suka cita adalah hari menampakkan kegembiraan, menghidangkan makanan lebih dari biasanya dan memakai pakaian bagus. Mereka yang membuat acara ini, ingin menyaingi dan mengganti hari kesedihan atas peristiwa terbunuhnya Husein dengan kegembiraan, kontra dengan apa yang dilakukan orang-orang Syiah. Tentunya, acara semacam ini tidak dibenarkan, karena bid’ah tidak boleh dilawan dengan bid’ah yang baru!! Dan tidak ada satu dalilpun yang membolehkan acara semacam ini.

11. Berbagai ritual dan adat istiadat di tanah Air
Di tanah air, bila tiba hari ‘Asyuro kita akan melihat berbagai adat dan ritual yang beraneka ragam dalam rangka menyambut hari istimewa ini. Apabila kita lihat secara kacamata syar’I, adat dan ritual ini tidak lepas dari kesyirikan! Seperti meminta berkah dari benda-benda yang dianggap sakti dan keramat, bahkan yang lebih mengenaskan sampai kotoran sapi-pun tidak luput untuk dijadikan alat pencari berkah!!.
Demikianlah akhir yang dapat kami kumpulkan tentang amalan di bulan Muharrom. Semoga bermanfaat. Allohu A’lam.

Kamis, 17 Desember 2009

Tabarruj

TERNYATA TABARRUJ BUKAN DOSA BIASA
Oleh Abu Anisah bin Luqman al-Atsari

Dewasa ini, pemandangan para wanita yang pamer aurat dan bersolek ala jahiliyyah sudah terasa biasa dan lumrah. Tidak hanya di kota-kota besar namun juga sudah merebak ke pelosok pedesaan. Sebab yang paling asasi tiada lain karena semakin jauhnya mayoritas wanita muslimah dari ajaran Islam. Lewat lembaran ringkas kali ini, penulis mencoba mengulas masalah di atas dengan kaca mata syar’i. Wallohul Muwaffiq.

Definisi Tabarruj
Asal kalimat tabarruj diambil dari kata بَرَجَ yang bermakna tampak dan jelas. Sedangkan secara istilah, tabarruj adalah seorang wanita menampakkan perhiasannya atau sesuatu yang menarik dan indah pada dirinya kepada laki-laki asing yang bukan mahrom. Atau bisa juga bermakna menampakkan segala sesuatu yang bisa menggoda dan membangkitkan syahwat laki-laki sampai sekalipun dari cara berjalan, selama hal itu ditujukan bukan kepada suaminya.
Imam al-Qurthubi mengatakan: “Tabarruj adalah menyingkap dan memperlihatkan kepada mata orang lain. Ada yang berpendapat bahwa makna tabarruj dalam ayat:

Mereka dengan tidak menampakkan perhiasan. (QS.an-Nuur: 60).
Mereka adalah para wanita yang berpakaian tapi telanjang lepas dari pakaian ketakwaan. Penafsiran semacam ini adalah yang lebih benar. Maknanya cocok untuk zaman sekarang, wabil khusus bagi para pemudi-pemudi. Karena kebanyakan mereka berhias dan bersolek kemudian keluar memamerkannya kepada manusia. Wanita yang semacam ini adalah wanita yang berpakaian dengan baju, tapi telanjang dari nilai-nilai ketakwaan secara hakekat lahiriah dan batin. Yaitu tatkala mereka memperlihatkan perhiasannya dan tidak peduli orang yang melihat. Bahkan hal itu adalah tujuan dan niat mereka dari asal. Dan ini memang terbukti, andaikan wanita semacam ini punya sedikit dari rasa takwa, tentulah mereka tidak akan mengerjakan perbuatan yang semacam itu. (Tafsir al-Qurthubi 12/60).
Ada yang mengatakan pula: “Tabarruj adalah setiap perhiasan dan keindahan yang ditampakkan seorang wanita dengan tujuan agar menjadi manis di mata laki-laki asing. Sampai bajunya sekalipun yang dia pakai apabila memilih warna-warna yang mencolok, atau memilih baju yang bermodel agar dapat dinikmati oleh orang yang melihatnya, maka semua ini adalah bentuk tabarruj jahiliyyah”. (Audatul Hijab 3/125, Muhammad Ahmad Ismail Muqoddam).

Hukumnya
1.al-Qur’an melarang tabarruj
Al-Qur’an secara tegas telah menjelaskan keharaman tabarruj dalam firman Alloh yang berbunyi;

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS.al-Ahzab: 33).
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Sesungguhnya wanita adalah aurat. Paling dekatnya wanita kepada Alloh adalah bila ia berada di dalam rumahnya”. (Dikeluarkan oleh at-Thabarani dalam al-Kabir 9/341).
Imam al-Qurthubi mengatakan: “Makna ayat ini adalah perintah untuk tinggal dan tetap di dalam rumah. Walaupun seruan pembicaraan ini untuk para isteri nabi, namun selain mereka tetap masuk dalam kandungan ayat ini secara makna”. (Tafsir al-Qurthubi 14/179).
Syaikh Abdurrahman as-Sa'di berkata: "FirmanNya Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu yaitu menetaplah kamu di rumahmu, karena hal itu lebih selamat dan lebih menjaga diri kalian. Dan firmanNya dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. Yaitu janganlah kalian wahai para wanita sering keluar rumah, dengan berhias dan berdandan sebagaimana kebiasaan orang jahiliyyah dahulu, yang mereka tidak punya ilmu dan agama. Semua ini demi membendung kejelekan dan sebab-sebabnya". (Taisir al-Karim ar-Rahman, Abdurrahman as-Sa'di hal.780).

2.Yang dilarang adalah tabarruj di luar rumah
Tabarruj yang dilarang adalah apabila di luar rumah. Maksudnya, apabila wanita keluar rumah dengan tabarruj, maka sungguh dia telah menerjang keharaman. Imam Qotadah ketika menafsirkan ayat dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. Yaitu apabila mereka keluar rumah. (Ahkam al-Qur’an, 3/360, al-Jasshos).
Imam al-Qurthubi berkata: “Hendaklah para wanita tetap di rumahnya, apabila ada kebutuhan yang mendesak untuk keluar, maka hendaknya menutup aurat dengan sempurna”. (Tafsir al-Qurthubi 14/180).
Adapun bila wanita berhias di rumahnya dan tidak keluar, dia menampakkan perhiasan dan keindahan dirinya untuk suami, maka tidak mengapa, bukan termasuk larangan, bahkan bisa jadi dianjurkan. Karena yang namanya di luar rumah adalah tempat umum bagi manusia, tidak boleh menampakkan perhiasan kepada orang lain selain suaminya. (al-Mufashol Fi Ahkam al-Mar’ah 3/416, DR.Abdul Karim Zaidan).

3.Tabarruj termasuk dosa besar
Yang patut kita sebutkan pula dalam kesempatan kali ini bahwa perkara tabarruj bukan sekedar dosa biasa, bahkan dia adalah dosa besar yang pelakunya berhak mendapat murka dan laknat dari Alloh. Hal ini dilandasi hadits nabi yang berbunyi;
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا: قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ البَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ, وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٍ عَارِيَاتٍ مُمِيْلاَتٍ مَائِلاَتٍ رُؤُسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ المَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا, وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدَ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا
Dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; sekelompok kaum yang mereka mempunyai pecut seperti buntut sapi, dengannya mereka memukul manusia. Kemudian para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan dengan berlenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan punuk onta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak pula mendapati baunya, padahal baunya surga dapat dicium dari jarak sekian dan sekian. (HR.Muslim: 2128).
Imam adz-Dzahabi mengatakan: “Termasuk perbuatan yang seorang wanita berhak mendapat laknat karenanya adalah menampakkan keindahan, emas, permata dari balik bajunya. Juga bersolek dengan memakai parfum dari minyak misk dan selainnya. Termasuk pula dalam hal ini memakai pakaian-pakaian yang dicelup dan selainnya dari perkara-perkara yang mengumbar aurat”. (al-Kabair hal.256, Tahqiq: Masyhur Hasan Salman).
Imam Ibnu hajar al-Haitami berkata: “Penyebutan perkara ini sebagai dosa besar sangat jelas sekali, karena di dalamnya ada ancaman yang sangat keras, dan saya tidak menjumpai orang yang tegas mengatakan demikian karena perkara semacam itu sudah maklum”. (az-Zawajir hal.297).

Bahaya dan Dampak Negatif Tabarruj
1.Maksiat kepada Alloh dan RasulNya
Tidak ragu lagi, wanita yang tabarruj, baik dengan pamer aurat, bersolek dan bentuk lainnya sungguh telah bermaksiat kepada Alloh dan rasul. Karena larangan-larangan dalam masalah ini sangat jelas. Sungguh sangat merugi orang bermaksiat kepada Alloh dan Rasul, karena dengan demikian berarti dia termasuk orang yang enggan masuk surga. Rasulullah bersabda;
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبىَ. قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ يَأْبىَ؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى
Seluruh ummatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan. Para sahabat bertanya: siapakah orang yang tidak mau masuk surga itu wahai rasulullah? Rasulullah menjawab; barangsiapa yang taat kepadaku dia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang memaksiatiku sungguh dia termasuk orang yang tidak mau”. (HR.Bukhari: 6851).

2.Mendapat laknat dan terancam neraka
Yang demikian itu karena tabarruj termasuk dosa besar yang pelakunya terlaknat dan berhak mendapat ancaman neraka. Silakan lihat kembali hadits yang telah kami sebutkan di muka.

3.Wanita yang paling jelek
Jangan tertipu dengan penampilan cantik ala jahiliyyah para wanita yang bertabarruj. Secara kasat mata orang-orang pengagung syahwat, mereka mungkin wanita cantik yang tiada duanya!!, akan tetapi disisi Alloh dan Rasul, wanita yang tabarruj adalah wanita yang paling jelek!!. Rasulullah bersabda;
خَيْرُ نِسَائِكُمْ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْمُوَاتِيَةُ الْمُوَاسِيَةُ، إِذَا اتَّقَيْنَ اللهَ، وَشَرُّ نِسَائِكُمْ الْمُتَبَرِّجَاتُ الْمُتَخَيِّلاَتُ وَهُنَّ الْمُنَافِقَاتُ, لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْهُنَّ إِلاَّ مِثْلُ الْغُرَابِ الأَعْصَمِ
Wanita yang paling baik bagi kalian adalah yang penyayang, subur dan selalu taat suami. Apabila mereka bertakwa kepada Alloh. Wanita yang paling jelek bagi kalian adalah wanita yang bertabarruj dan sombong, mereka adalah wanita yang munafik. Tidak akan masuk surga diantara mereka kecuali seperti burung gagak yang pelatuk dan kakinya berwarna merah . (HR.Baihaqi 7/82. Lihat Shohihah: 1849).

4.Perbuatan keji
Wanita adalah aurat. Harus seluruh tubuhnya tertutup dengan jilbab syar’i kecuali wajah dan telapak tangan. Tidak boleh bagi wanita mengumbar auratnya di hadapan manusia. Demikian pula tidak boleh bersolek dan berdandan ala jahiliyyah. Bila larangan ini diterjang, maka itu adalah perbuatan keji dan jelek. Alloh berfirman;

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?. (QS.al-Arof: 28).
Rasulullah bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِقَوْمٍ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
Wanita mana saja yang memakai parfum, kemudian lewat suatu kaum agar mereka mendapati wanginya, maka dia adalah seorang wanita pezina!. (HR.Abu Dawud: 4173, Tirmidzi: 2786, Ahmad 4/414, Nasai 8/153, Hakim 2/396, Ibnu Khuzaimah: 1681, Ibnu Hibban: 1474. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Jilbab al-Mar’ah al-Muslimah hal.137).
Sebab larangan hadits ini sangat jelas, karena memakai parfum dapat membangkitkan syahwat orang yang menciumnya. Sebagian ulama memasukkan pula dalam larangan ini memakai baju bagus, perhiasan yang mencolok, dan campu baur dengan kaum lelaki. (Fathul Bari 2/279).

5.Membuka tabir aslinya
Sesungguhnya sifat menutup aurat dan malu bila auratnya terlihat adalah tabiat terpuji dan sifat asli manusia. Perhatikan kisah Nabi Adam dan Hawa, tatkala Alloh berfirman;

Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Rabbnya dan sesatlah ia. (QS.Toha: 121).
Maka wanita mana saja yang sudah berani mengumbar auratnya di khalayak ramai, berarti dia telah hilang sifat keasliannya, yaitu sifat malu ketika aurat terlihat. Namun, amat disayangkan perkara ini sangat jauh sekali terlintas di benak kaum wanita, kebanyakan para wanita malah bangga bila dirinya jadi daya tarik dan tontonan mata-mata orang lain!!, bahkan yang lebih tragis lagi, rela dan senang bila dirinya jadi bahan penilaian dewan juri dalam lomba ratu kecantikan!!!. Wallohul Musta’an.

6.Pengekor iblis
Iblis adalah musuh sejati manusia. Dia akan berusaha menggelincirkan bani adam dari jalan yang lurus. Dalam masalah tabarruj, setan akan sekuat tenaga berusaha membujuk para wanita agar menanggalkan mahkota jilbabnya dan mengerjakan perbuatan keji. Alloh berfirman;

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan. (QSal-Baqoroh: 268).

7.Pemicu kerusakan moral
Tidak kita pungkiri bahwa sedikit banyaknya kerusakan moral para pemuda dengan sering menerjang maksiat, terjadinya pelecehan, zina atau hubungan lawan jenis yang haram sebabnya adalah tabarruj para wanita. Keanggunan cara berjalan, dandan yang menor, pakaian tipis menerawang, serba ketat dan pendek adalah daya tarik yang bisa merusak jiwa orang yang melihatnya!!. Maka apakah engkau wahai saudariku muslimah menyadari hal ini? Ataukah engkau malah senang dan bangga bila dirimu dinikmati oleh orang lain hingga adzab Alloh akan turun pada waktu yang tidak bisa diprediksi?? Hanya kepada Alloh kita mengadu.

8.Tersebarnya penyakit berbahaya
Tidaklah tersebar perbuatan keji dan maksiat kecuali Alloh akan menimpakan berbagai penyakit berbahaya yang tidak pernah ada sebelumnya. Rasulullah bersabda;
لَمْ تَظْهَرِ اْلفَاحِشَةُ فِيْ قَوْمٍ قَطُّ, حَتىَّ يُعْلِنُوْا بِهَا, إِلاَّ فَشَا فِيْهِمْ الطَّعُوْنُ وَ اْلأَوْجَاعُ الَّتىِ لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِيْ أَسْلاَفِهِمِ الَّذِيْنَ مَضَوْا
Apabila perbuatan keji telah nampak pada suatu kaum hingga mereka berani melakukannya terang-terangan, melainkan akan ditimpakan kepada mereka penyakit tha’un dan berbagai penyakit yang belum ada pada umat sebelumnya. (HR.Ibnu Majah 4019, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 8/333. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shahihah no.106).
Sungguh benar hadits diatas, bermunculannya penyakit seperti AIDS, HIV, spilis, penyakit kelamin dan lain-lain yang dahulu belum pernah muncul sebabnya adalah merajalelanya maksiat dan dosa yang semakin hari makin berjibun dan menyebar!!. Camkan dan renungilah wahai saudariku dimanapun berada.

Nasehat dari hati ke hati
Saudariku wanita muslimah…, cobalah anti (anda) berkaca sejenak di depan cermin. Lihatlah wajahmu yang begitu sempurna dan cantik itu, siapakah yang menciptakan kecantikan dan kesempurnaan tersebut?? Adakah diantara manusia yang bisa menirunya? Tentu, ini adalah ciptaan Alloh. Dialah Yang Maha Kuasa untuk menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. Alloh berfirman;

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS.at-Tiin: 4).
Nikmat ini akan terasa berharga bila engkau mensyukurinya dengan selalu taat kepada Alloh dan menjauhi laranganNya. Mentaati Robb semesta alam dengan senantiasa tetap di rumah, tampil cantik untuk suami dan anak, tidak tabarruj keluar rumah hingga membuat fitnah orang yang melihat!!. Renungilah sekali lagi wahai saudariku, keindahan dirimu adalah nikmat Alloh yang harus disyukuri, berikan keindahan dan kecantikanmu kepada suamimu saja, tidak kepada yang lain. Bila engkau belum menikah, maka bersabarlah dengan tegar diatas jalan Alloh. Jagalah jilbab dan pakaianmu ketika keluar, pakailah pakaian yang menutup tubuh dengan rapat. Hindari campur baur, pakai parfum dan segala sesuatu yang bisa menimbulkan fitnah bagi laki-laki. Apabila engkau tegar dalam ketaatan, insya Alloh engkau akan mendapat suami yang sepertimu, sama-sama taat kepada Alloh. Akhirnya, berdoalah kepada Alloh dengan penuh ketundukan, sadarilah dosa selama ini yang telah diterjang. Kembalilah ke jalan Robbmu. Semoga kita semua mendapat ridho dan ampunanNya. Amiin. Allohu A’lam.

Shalat

Oleh: Abu Abdillah Syahrul Fatwa Bin Luqman

Alloh telah mewajibkan kepada seluruh ummat Islam shalat lima waktu dalam sehari semalam. Setiap muslim pasti mengetahui dan mengakui kewajiban ini. Karena shalat adalah rukun Islam kedua dan tiangnya agama. Agama Islam seseorang tak akan tegak kecuali dengan shalat. Jika demikian masalahnya, mengapa masih banyak diantara orang-orang yang mengaku Islam menyepelekan bahkan meninggalkan shalat!!?. Lewat lembaran ini kami ingin membangkitkan gairah kaum muslimin untuk kembali mengerjakan dan memperhatikan shalat mereka. Bittaufiq.

Urgensi Shalat Dalam Islam
Shalat mempunyai kedudukan yang tinggi dalam agama Islam. Tidak ada satu ibadahpun yang bisa menandinginya. Hal tersebut karena shalat adalah;
1.Tiangnya agama, tidak akan tegak agama Islam kecuali dengan shalat. Rasulullah bersabda;
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad. (HR.Tirmidzi: 2616, Ibnu Majah: 3973, Ahmad 7/231 dll. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shohihah no.1122).

2.Kewajiban yang abadi, tidak gugur selama akal masih ada dan walaupun dalam keadaan mencekam. Alloh berfirman;

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka Shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. kemudian apabila kamu telah aman, Maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS.al-Baqoroh: 238-239).

3.Ibadah yang pertama kali akan ditanyakan kepada seorang hamba. Rasulullah bersabda;
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Pertama kali yang akan dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalannya, jika jelek maka jelek pula seluruh amalannya. (HR.Thobaroni dalam al-Aushat 1/409. Syaikh al-Albani berkata dalam as-Shohihah 3/346: Walhasil, hadits ini shohih dengan terkumpulnya jalan yang sangat banyak).

4.Akhir perkara yang akan hilang dari agama Islam. Apabila shalat telah hilang maka hilang pula agama Islam. Rasulullah bersabda;
لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِى تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ
Akan terlepas tali Islam seutas demi seutas. Acapkali satu tali Islam terlepas, maka manusia akan berpegang dengan tali berikutnya. Yang pertama kali akan terlepas dari Islam ini adalah hukum dan yang terakhir adalah shalat. (HR.Ahmad 5/251. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib 1/229).

5.Wasiat terakhir dari nabi yang beliau sampaikan kepada ummatnya sebelum wafat. Ali bin Abi Tholib berkata:
كَانَ آخِرُ كَلاَمِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُم ْ
Adalah ucapan terakhir yang disampaikan nabi; shalat..shalat.. dan takutlah kepada Alloh dari budak-budak yang kalian miliki. (HR.Ahmad 6/290. Dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa 7/238).

Hukumnya
Tidak ada keraguan bahwa shalat hukumnya wajib. Berdasarkan nash al-Qur’an, Hadits dan kesepakatan ulama. Kewajiban ini bagi seluruh kaum muslimin yang telah akil baligh, kecuali wanita yang sedang haidh dan nifas. Alloh berfirman:

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS.an-Nisaa: 103).
Adapun dalil dari Hadits nabi, diantaranya hadits Muadz bin Jabal tatkala Rasulullah mengutusnya pergi ke Yaman beliau bersabda;
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
Ajarkanlah mereka bahwa Alloh telah mewajibkan shalat lima waktu setiap hari dan malam. (HR.Bukhari: 1395, Muslim: 29).
Dan ummat inipun telah sepakat akan kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Barangsiapa yang mengingkari kewajiban shalat ini, maka dia telah keluar dari agama Islam alias kafir tanpa ada keraguan, karena dia telah mendustakan Alloh dan Rasulnya.
Imam Qodhi Iyadh berkata: “Demikian pula kita dapat memastikan kekafiran orang yang mendustakan dan mengingkari pondasi dari pondasi-pondasi agama, dan apa yang telah diketahui dengan yakin melalui dalil yang mutawatir berupa perbuatan rasul atau adanya ijma, seperti orang yang mengingkari kewajiban shalat, atau mengingkari jumlah rakaat dan sujudnya”.

Hikmah Dan Rahasia Shalat
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Shalat itu diwajibkan dalam bentuk yang paling sempurna dan paling bagus sehingga menjadi perantara seorang hamba kepada Robbnya. Di dalam shalat terkandung pengagungan kepada Alloh dengan seluruh anggota badan. Ucapan lisan, perbuatan kedua tangan dan kaki, kepala dan indera peraba dan seluruh bagian badan. Semuanya mengambil hikmah dalam ibadah yang agung ini. Di dalam shalat juga ada tahmid, tasbih dan takbir, persaksian yang benar dan berdiri di hadapan sang pencipta dengan status hamba yang rendah dan tunduk. Ketundukan ini dapat terlihat dengan ucapan orang yang shalat, punggung yang membungkuk sebagai tanda kerendahan dan khusyu kepada Alloh. Kemudian bangkit dari ruku’ sebagai persiapan untuk lebih tunduk lagi pada posisi berikutnya yaitu sujud. Maka dalam sujud dia meletakkan bagian tubuhnya yang mulia yaitu wajah diatas tanah, ini sebagai bentuk ketundukan dan perendahan kepada Alloh”.

Keutamaan Dan Manfaat Mengerjakan Shalat
1.Mencegah perbuatan keji dan mungkar
Alloh berfirman:

Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. (QS.al-Ankabuut: 45).
Ibnu Abbas berkata: “Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat memerintahkan yang ma’ruf dan tidak bisa mencegah dari yang mungkar, maka tidaklah shalat melainkan menjadikan bertambah jauh kepada alloh”.
Imam Ibnu Katsir mengomentari ayat diatas: “Yaitu bahwa shalat terkandung dua perkara; meninggalkan perbuatan keji dan mungkar. Sesungguhnya menekuni shalat akan membawa untuk meninggalkan perbuatan tersebut”.

2.Penghapus dosa dan kesalahan
Rasulullah bersabda;
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ
Permisalan shalat lima waktu ibaratnya bagaikan sebuah sungai mengalir yang banyak airnya, berada di depan pintu salah seorang diatara kalian, dia akan mandi di dalamnya sebanyak lima kali dalam sehari. (HR.Muslim: 668).

3.Cahaya di Dunia Dan Akherat
Rasulullah bersabda;
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ
Barangsiapa yang menjaga shalat, maka baginya cahaya, dalil dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, dalil dan keselamatan. Dia pada hari kiamat akan berkumpul bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Kholaf. (HR.Ahmad 2/169, Darimi 2/301, Imam al-Mundzri berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang bagus”. Targhib wa Tarhib 1/440).

4.Pahala Dan Meninggikan Derajat
Rasulullah bersabda;
مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berangkat ke rumah Alloh untuk menunaikan kewajiban yang Alloh wajibkan, maka kedua langkah kakinya; satu langkah menghapus kesalahan dan yang lainnya meninggikan derajat. (HR.Muslim: 666).
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Sesungguhnya shalat itu bisa menghapus kejelekan bagi orang yang menunaikan hak-hak shalat, dia menyempurnakan kekhusyuan shalat. Dia berdiri di hadapan Alloh dengan hati yang hadir dan berfikir. Orang yang semacam ini jika selesai shalat akan mejumpai keringanan dalam shalat, menjumpai semangat dan kelapangan hati setelah shalat.

5.Solusi dari berbagai permasalahan
Permasalahan dunia yang sulit akan terasa ringan jika kita mengerjakan shalat. Karena shalat adalah penghibur dan penyejuk hati. Rasululloh bersabda;
يَا بِلاَلُ أَقِمِ الصَّلاَةَ أَرِحْنَا بِهَا
Bangkitlah hai bilal, hiburlah kami dengan shalat. (HR.Abu Dawud: 4986, Ahmad 5/371. Dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Misykah: 1253).
Bahkan Nabi setiap kali dirundung masalah, beliau melaksanakan shalat. Sahabat mulia Hudzaifah berkata:
انَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى
Adalah nabi apabila dirundung masalah beliau mengerjakan shalat. (HR.Abu Dawud: 1319, Ahmad 5/388. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih Abu Dawud: 1319).
Hal itu tiada lain karena shalat adalah komunikasi antara hamba dengan Robbnya. Berdiri di hadapan Alloh dengan shalat memiliki pengaruh kuat dalam meperbaiki jiwa orang yang shalat bahkan seluruh manusia. Karena shalat adalah penyejuk mata. Rasululloh bersabda;
جُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِيْ الصَّلاَةِ
Telah dijadikan kesejukan mataku di dalam shalat. (HR.Nasai: 3949, Ahmad: 4/330, Hakim 2/160. Dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam at-Talkhis 3/133. Lihat takhrij lengkapnya dalam as-Shohihah: 1809, oleh al-Albani).
Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Ketahuilah, tidak ada keraguan bahwa shalat adalah penyejuk mata orang-orang yang tercinta, kelezatan jiwa-jiwa orang yang bertauhid, tamannya orang-orang yang beribadah, kelezatan hati orang yang khusyu. Dia adalah rahmat Alloh yang dihadiahkan kepada hambanya yang beriman”.

6.Sehat dengan shalat
Ini termasuk manfaat shalat yang tersembunyi. Karena di dalam shalat terdapat olahraga yang bermanfaat bagi badan, menguatkan anggota bagian tubuh, hal itu dilihat dari dua sisi ;
Pertama: Apa yang ada di dalam shalat dan sarana menuju shalat, dari mulai berjalan dan pergi menuju shalat, saat pulangnya kembali, gerakan bangun, duduk, ruku’ dan sujud yang berulang-ulang, demikian pula berwudhu yang berulang-ulang, semua pergerakan ini manfaatnya dapat dirasakan, terbukti dan tidak ada perdebatan kecuali orang yang jahil.
Kedua: Bahwa inti shalat dan maksud yang paling besar adalah menghadirkan hati, bermunajat kepada Alloh, tunduk dan berdoa kepadanya. Dan hal itu tanpa ada keraguan menyebabkan hati bersinar, melapangkan dada dan membuat jiwa bertambah senang dan lapang. Dan telah diketahui oleh seluruh dokter bahwa usaha untuk menyenangkan hati, membuat jiwa senang adalah termasuk cara jitu untuk meraih kesehatan yang dapat mencegah penyakit, meringankan beban penyakit yang dirasa. Hal ini terbukti dan mujarab, terutama shalat malam. Rasululloh bersabda;
فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا ، فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ
Apabila seorang hamba bangun malam, kemudian dzikir kepada Alloh, terlepaslah satu ikatan. Apabila dia berwudhu terlepaslah satu ikatan lagi, jika dia shalat maka akan terlepas seluruh ikatan. Maka pagi harinya jiwanya akan semangat dan bagus, jika tidak bangun, jadilah jiwanya jelek dan malas. (HR.Bukhari: 1142, Muslim: 776).

Ancaman Bagi Yang Meninggalkan Shalat
Kaum muslimin tidak berselisih bahwa meninggalkan shalat fardhu secara sengaja merupakan dosa yang paling besar. Dosanya di sisi Alloh lebih besar daripada dosa membunuh jiwa atau merampas harta. Lebih besar daripada dosa zina, mencuri atau minum khomer. Orang yang meninggalkan shalat terancam siksa Alloh dan murkaNya, menderita di dunia dan akherat.
Sungguh sangat banyak dalil-dalil yang menegaskan ancaman yang sangat keras bagi orang yang meninggalkan shalat. Diantaranya;
1.Al-Qur’an
Alloh berfirman;

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS.Maryam: 59).
Perhatikanlah ayat ini, Alloh memberi ancaman berupa kesesatan bagi yang menyia-nyiakan shalat!.
Alloh berfirman pula;

Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (QS.at-Taubah: 11).
Dalam ayat ini Alloh mengaitkan persaudaraan agama antar kaum muslimin dengan mengerjakan shalat!!.
Kemudian Alloh mengisahkan tentang penduduk neraka dalam firmanNya;

Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?. Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. (QS.al-Muddatsir: 42-43).
Sungguh ayat semacam ini sangat tegas memberi ancaman bagi yang meninggalkan shalat!.
2.al-Hadits
Jabir Abdullah berkata: Aku Mendengar Rasulullah bersabda;
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ
Perbedaan antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat. (HR.Muslim: 76).
Abdullah bin Syaqiq berkata: “Adalah para sahabat Rasulullah tidak memandang sesuatu dari amalan yang bila ditinggalkan menyebabkan kafir selain shalat”. (HR.Tirmidzi: 2622).
Umar bin Khottob berkata: “Sesungguhnya perkara terpenting dalam agama kalian adalah shalat. Barangsiapa yang menjaga shalat, sungguh dia telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan shalat, sungguh dia akan lebih mudah menyia-nyiakan perkara yang lain. Tidak ada bagian dalam agama Islam bagi yang meninggalkan shalat”.
Imam Ahmad berkata: “Shalat kita adalah akhir agama kita, dia adalah perkara yang pertama kali akan ditanyakan kepada kita pada hari kiamat. Maka tidak ada lagi Islam dan agama bila shalatnya hilang”.

Maka wahai saudaraku yang meninggalkan shalat, berhentilah sejak sekarang untuk menyepelekan shalat, bangkitlah dari tidurmu, karena perkara meninggalkan shalat bukan perkara yang ringan, bisa membawa seseorang kepada kekafiran!! Allohul Musta’an

Jagalah Shalat Anda
Alloh memerintahkan seluruh hamba yang beriman untuk menjaga shalat-shalat mereka. FirmanNya;

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (QS.al-Baqoroh: 238).

Termasuk bentuk menjaga shalat adalah dengan memperhatikan waktu shalat, batasannya dan selalu koreksi terhadap rukun, kewajiban serta selalu semangat untuk menunaikan dengan optimal. Mengerjakan tepat pada waktunya, segera menunaikan dan merasa sedih jika ada bagian hak shalat yang tertinggal, dia memahami andaikan shalat berjama’ahnya ditinggal, maka hilanglah bagiannya dua puluh lipat shalat.
Sungguh kaum muslimin sejak zaman sahabat sangat perhatian terhadap shalat, mereka selalu menjaga shalat dengan perhatian khusus, teladan mereka adalah Rasulullah. Aisyah berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يُحَدِّثُنَا وَنُحَدِّثُهُ, فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَكَأَنَّهُ لَمْ يَعْرِفْنَا وَلَمْ نَعْرِفْهُ
Adalah Rasulullah mengajak kami berbicara dan kami berbicara kepadanya. Apabila telah hadir waktu shalat, seolah-olah beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau.
Demikian pula generasi setelah para sahabat, mereka salafus sholih berjalan di atas manhaj nabawi dengan selalu perhatian menjaga shalat, diantara contohnya;
1.Sa’id bin Musayyib karena semangatnya untuk shalat beliau selalu menjaga diri untuk berada di masjid sebelum adzan berkumandang, hal itu berlangsung selama empat puluh tahun!!. Bard Maula Said bin Musayyib berkata: “Tidaklah adzan shalat berkumandang sejak empat puluh tahun melainkan Said sudah berada di dalam masjid”.
2.Sufyan bin Uyainah berkata: “Janganlah engkau seperti hamba yang jelek, engkau tidak datang kecuali hingga dipanggil, datangilah shalat sebelum adzan”.
3.Al-kisah Amir bin Abdulloh sedang sakit sementara rumahnya dekat masjid, ketika adzan berkumandang dia berkata; “Ambillah tanganku bawa ke masjid, dikatakan padanya: engkau ini sedang sakit! Amir bin Abdulloh berkata: Aku mendengar panggilan Alloh kemudian aku tidak menjawabnya?!. Mereka akhirnya membawanya ke masjid, kemudian beliau shalat maghrib dan mendapati satu rakaat bersama imam kemudian meninggal dunia”.
Allohu Akbar! begitu indah perikehidupan mereka!, sampai dalam keaadaan sakit sekalipun mereka tetap perhatian terhadap shalat, lalu bagaimana dengan keadan orang-orang sekarang yang sangat malas mengerjakan shalat padahal mereka dalam keadaan sehat tanpa sakit sekalipun!!. Kemudian yang menyedihkan pula sangat banyak diantara kaum muslimin yang meninggalkan shalat karena alasan safar!! Padahal Alloh memerintahkan shalat sekalipun dalam keadaan mencekam!!. Allohul Musta’an.
Terakhir, Wahai orang yang yang meninggalkan shalat, ambillah bagian dari umurmu dengan amal sholih. Segeralah bangkit dari kelalaianmu dengan menjaga shalat. Kamu tidak mengetahui berapa lama lagi yang tersisa dari umurmu, apakah sebulan, seminggu atau bahkan sehari atau sejam?! Ingatlah selalu firman Alloh yang berbunyi;

Sesungguhnya Barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (QS.Thahaa: 74).
Alloh juga berfirman:

Adapun orang yang melampaui batas. Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia. Maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. (QS.an-Naziaat: 37-39). Allohu A’lam.